BOJONEGORO — 2 warga tewas dan 8 ribu lainnya kembali mengungsi akibat banjir bengawan Solo yang menerjang pemukiman warga di Kabupaten Bojonegoro sejak Sabtu, (16/2) lalu. Dua warga yang tewas adalah Ahmad Maslahul Affid (9) warga desa Sembunglor Kecamatan Boureno dan Dimas Fernanda Hidayat (13) warga desa Banjarsari Kecamatan Trucuk.Menurut Kasi Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bencana BPBD Kabupaten Bojonegoro Suhadi, kedua bocah malang ini tewas akibat terjatuh ke sungai saat bermain-main dipinggiran bengawan solo, Minggu (17/2) kemarin. “Saat banjir, mereka main dipinggir bengawan Solo. Mungkin karena derasnya aliran air, keduanya terseret dan terjatuh kedalam sungai,” kata Suhadi.
Tidak hanya itu, banjir kali ini membuat 8 ribu warga dari 59 desa di 11 kecamatan terpaksa mengungsi. 11 kecamatan yang terkena banjir adalah kecamatan kota Bojonegoro, Kanor, Trucuk, Malo, Balen, Boureno, Kalitidu, Gayam, Padangan, Kasiman, dan Dander. Pengungsi paling banyak berada di kecamatan kota Bojonegoro, Kalitidu dan Kanor. Sisanya mengungsi di tanggul bengawan Solo yang letaknya tidak jauh dari pemukiman mereka.
Kepala Pelaksana BPBD Kab Bojonegoro Kasiyanto yang dihubungi Koran Madura, Minggu (17/2) mengungkapkan, sedikitnya 2 ribu hektar lahan pertanian terendam banjir. 8 SD di Kecamatan Kota Bojonegoro, Kanor, Dander dan Trucuk juga terendam banjir. Sejumlah masjid dan mushola juga demikian. Jalan-jalan yang menghubungkan desa-desa sepanjang 30 km juga terendam.
“Sedangkan jumlah rumah yang terendam sebanyak 1.337 unit. Yang paling parah di Kecamatan Trucuk,” ungkapnya.
Agar banjir tidak meluas ke kawasan lain, tanggul Grape di kecamatan Kanor ditinggikan warga. Menurut Camat Kanor Darmawan, warga bergotong-royong meninggikan tanggul denan tanah karena ketinggian air terus bertambah dan hingga berita ini ditulis, air sudah mencapai bibir tanggul. Tanggul yang ditinggikan sepanjang dusun Grape. “Kita kerja terus hingga tanggul ini selesai. Ini tidak bisa di tunda-tunda karena air terus naik,” imbuh Darmawan. (han)