JAKARTA – Partai Demokrat di mata masyarakat Indonesia kini terpuruk, menyusul banyaknya kadernya di dalam pemerintahan yang terlibat kasus korupsi. Sekarang, hanya ada 8,3 persen dari responden yang akan memilih Partai Demokrat dan calon anggota DPR dari partai tersebut dalam pemilu.“Partai Demokrat dalam dua tahun terakhir ini tidak mampu mengatasi opini publik yang sangat kuat bahwa kader-kadernya paling banyak melakukan korupsi. Hal ini cenderung membuat dukungan masyarakat kepada partai ini kian merosot,” kata Jayadi Mudjani, Direktur Riset Saiful Mudjani Research & Consulting (SMRC) saat menyampaikan hasil riset yang dilakukan SMRC di Jakarta.
Jayadi Manan mengatakan, hasil dari survei yang dilakukan pada 6-20 Desember 2012 melalui wawancara tatap muka terhadap 1.220 responden yang tersebar di Indonesia bagian barat, tengah, dan timur, menyatakan bahwa publik menilai kader-kader politik yang paling korup berasal dari Partai Demokrat.
“Dari hasil survei SMRC, ada 44,8 persen dari responden menilai bahwa kader dari Demokrat yang paling banyak melakukan korupsi, lalu disusul Golkar 6,5 persen dan PDIP 2,4 persen. Perbedaannya sangat signifikan,” jelasnya.
Dia menambahkan, bila masalah opini korupsi tersebut tidak tertanggulangi pada 2013 maka dukungan terhadap Partai Demokrat akan semakin berkurang. “Atau setidaknya, Demokrat akan sulit pulih dari keterpurukannya sekarang meskipun kondisi ekonomi nasional dan kinerja Presiden SBY dinilai masyarakat semakin positif,” katanya.
Jayadi juga berpendapat, Partai Demokrat tidak dapat menunggu keputusan KPK untuk membersihkan reputasi partai itu dari opini korupsi. sebab hal yang dihadapi Demokrat saat ini, lebih berkaitan dengan ‘hukum politik’, bukanlah hukum pidana. “Walaupun belum tentu bersalah secara pidana, namun ‘hukum politik’ dalam hal ini opini publik, pada Demokrat dan kader-kadernya telah dijatuhkan sehingga partai ini mengalami penurunan kepercayaan dan dukungan dari pemilih secara drastis,” ujarnya.
Jayadi memperkirakan, bila Partai Demokrat tidak segera melakukan perbaikan citra dari opini publik tentang korupsi yang ditujukan pada kader-kadernya maka dukungan pemilih pada partai itu akan semakin rendah hingga Pemilu 2014. “Dan ada kemungkinan Demokrat tidak akan lolos ‘electoral treshold’ sehingga partai ini bisa hilang dalam peta politik nasional hasil Pemilu 2014,” katanya.
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok menyatakan pihaknya optimistis terhadap perolehan suara partai pada Pemilu 2014. “Kami menghargai hasil riset SMRC, tetapi kami tidak begitu terpengaruh dengan hasil riset ini karena bagi Demokrat, politik itu bukan sekedar matematis,” katanya.
Dia berpendapat bahwa dalam dunia politik, persepsi pemilih memainkan peranan yang lebih besar sehingga partainya tidak merasa pesimistis dengan hasil survei SMRC tersebut. “Saya tidak pesimis, saya tetap yakin pada perolehan Demokrat nanti pada 2014,” ujar Mubarok.
Pengamat sosial dan politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Kuskrido Ambardi berpendapat, parpol harus segera menghilangkan pengaruh buruk dari kader yang terlibat kasus korupsi agar tidak menurunkan tingkat elektabilitas partai. “Saya kira kader partai yang terlibat kasus korupsi, akan besar pengaruhnya bagi elektabilitas parpol. Maka parpol harus menghapus efek buruk itu, dengan membuat kader itu tidak lagi menjadi `wajah` partai,” kata Kuskrido.
Menurut dia, salah satu upaya yang dapat dilakukan parpol untuk memperbaiki citra politik dan menarik kembali simpati publik adalah dengan melepaskan kader yang terlibat korupsi dari jabatannya. Selain itu, lanjutnya, parpol juga harus berhenti memberi akomodasi bagi kader korup tersebut dalam kepengurusan formal di partai politik. “Orang-orang yang `bermasalah` itu harus dikeluarkan, agar tidak merusak citra partai. Misalnya, seperti yang dilakukan Partai Demokrat dengan melepaskan Nazarrudin dari jabatan bendahara,” ujarnya.
Senin, 4 Februari 2013 00:08 WIB | Dibaca: 141 | Editor: Adi Agus Santoso | Sumber : Antara
http://surabaya.tribunnews.com/2013/02/04/riset-smrc-suara-demokrat-tinggal-83-persen#sthash.PWB4ScVX.dpbs