SURABAYA – Umurnya boleh 92 tahun. Namun parasnya masih terlihat cantik dan tetap semangat. Termasuk semangat mengikuti hiruk pikuk panggung politik Jawa Timur menjelang pemilihan gubernur Jawa Timur.
Itulah gambaran Ibu Mas Ayu Sid Rachman, istri dari mendiang Gubernur Jawa Timur Raden Panji Muhammad Noer. Meski sudah sepuh, perempuan kelahiran Sampang Madura, 4 Oktober 1920 ini tetap ‘tune in’ ketika diajak untuk mengomentari pesta demokrasi masyarakat Jawa Timur yang sudah berada di depan mata.
” Putera Madura harus tampil memimpin Jawa Timur. Supaya kita (orang Madura, Red) tidak dipandang remeh dan ketinggalan terus,” kata ibu 8 orang anak, 21 cucu dan 10 cicit , kepada Koran Madura, Rabu (27/3).
Menurut Ibu Noer, sapaan karibnya, sudah saatnya kader terbaik Madura tampil untuk memimpin Jawa Timur sehingga dapat memajukan Madura dan warganya yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Selama ini, fokus pembangunan di Jawa Timur belum mencakup wilayah Madura. Akibatnya, 4 kabupaten di pulau tersebut masuk dalam kategori daerah tertinggal. “Lha yang bisa memajukan daerahnya dan warganya kalau tidak kadernya sendiri yang memimpin. Jadi, ini saatnya untuk tampil,” ujarnya dengan logat Madura yang masih sangat kental.
Ibu Noer kemudian berharap semoga tokoh Madura yang tampil memiliki sifat yang hampir sama dengan mendiang suaminya, yang memang dikenal dekat rakyat kecil. Apalagi jika bisa mewujudkan cita-cita suaminya untuk menjadikan Madura sebagai daerah yang maju, yang angka kemiskinan dan kebodohannya bisa dibebaskan. Bagaimana caranya? Melalui pendidikan dan membuka isolasi sosial Madura. Membuka isolasi sosial di Madura salah satunya melalui program Madura sebagai daerah tujuan wisata. Sayangnya, Lapangan terbang Trunojoyo yang menjadi akses untuk membuka diri bagi turisme hingga saat ini belum terealisasi. “Padahal, itu sudah dibangun sejak akhir jabatan bapak tahun 1976 lalu,” ungkapnya.
Di Madura, banyak objek wisata yang memukau turis. Mulai dari pantainya yang indah, juga karapan sapi, batik, ukir-ukiran Madura, dan masih banyak lagi. Rakyat Madura bisa mengambil manfaat positif turisme untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Misalnya membuat ‘art shop’. Art shop bisa menampung hasil ukiran rakyat untuk dipasarkan kepada wisatawan. Kemudian kegiatan pendidikan yang bisa diarahkan untuk menunjang turisme misalnya dengan memberikan pendidikan bahasa Inggris yang lebih kepada siswa.
Karena itu, ia berharap gubernur Jawa Timur mendatang adalah putera Madura. “Biar ada yang menggantikan bapak,” tambahnya. Ketika ditanya siapa saja putera terbaik Madura yang layak memimpin Jawa Timur, Ibu Noer mengaku belum mengetahuinya. Mengenai beberapa nama yang mencuat ke publik saat ini seperti anggota Komisi 8 DPR RI Said Abdullah, ia mengaku sudah membaca di media massa. “Tapi saya belum kenal dekat dengan Pak Said Abdullah. Mungkin karena Pak Said belum bertemu saya, yang saya tahu beliau dari Sumenep,” katanya dengan nada polos. Dengan nada bergurau, perempuan yang fasih berbahasa Belanda ini menambahkan,” “Memang saya ini siapa, kok harus Pak Said harus bertemu. Saya ini bukan siapa-siapa,” tambahnya.
Hingga saat ini, Bu Noer masih aktif dengan berbagai kegiatannya, mulai dari baca buku, nonton televisi, arisan, menghadiri undangan-undangan seminar, termasuk jika ada undangan dari pemerintah provinsi Jawa Timur. Usianya yang sudah 92 tahun, tidak membuat aktivitasnya berkurang. “Ibu selalu hadir ketika ada yang mengundang beliau,” jelas Muid, ajudannya. Meski sudah sangat sepuh, Bu Noer menolak menggunakan kursi roda atau tongkat. “Beliau lebih suka bergandengan dari pada menggunakan tongkat,” pungkas Muid. (han)