SURABAYA – Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), yang terletak di jalan Genteng kali 85, Surabaya, ternyata dalam konsep‘kehidupannya’ mengadopsi dari benua biru, yakni Eropa. Dimana di Eropa Taman budaya biasa diberi lebel Art Centre. Intinya, TBJT adalah etalase Kesenian dan Kebudayaan yang ada di Jatim.
Hal ini di ungkapkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) TBJT, Sukatno. Dirinya mengatakan, jika konsep TBJT saat ini mengambil atau mengadopsi konsep Art Centre di Eropa.
“Sebenarnya konsep Taman Budaya Jatim ini, diadopsi atau bercermin pada Art Centre di eropa. Artinya Taman Budaya hanya menjadi etalase dari Kesenian dan Kebudaan di Jatim. Khususnya Kesenian dan Kebudayaan Tradisional,” ungkap dia. Minggu (28/4).
TBJT sempat hilang selama dua tahun, karena pergeseran struktur organisasi kepemerintahan. Kini lahir dengan spirit baru dengan mengedepankan kelestarian dan pengembangan kesenian dan kebudayaan Jawa Timur.
“Ya sempat hilang selama dua tahun antara tahun 2008 – 2010. Mulai 2010 samapai sekarang, TBJT lahir kembali dengan konsep baru dan nakhoda baru. Artinya wajah baru TBJT baru berusia dua tahun, butuh banyak masukan dan kritikan,” tambah dia.
Pria yang juga eks Kepala Anjungan Jatim di TMII Jakarta ini memaparkan, awalnya TBJT dibawah naungan Dinas Pariwisata dibawah Dinas Pendidikan sebagai dinas induk. Selama kurang lebih dua tahun, dan tahun 2010 oleh Gubernur Jatim TBJT dilahirkan kembali di bawah Dinas Pariwiwata.
“Memang sempat hilang ketika dibawah struktrur Dinas Pendidikan. Akhirnya, atas kebijakan Pakde (sapaan Soekarwo) waktu itu, TBJT di kembalikan lagi ke Dinas Pariwisata sampai sekarang,” papar dia.
TBJT berencana memunculkan kembali Festival Cak Durasim (FCD), Festival Teater Remaja (FTR), Surabaya Full Musik (SFM), dan festifal-festival lain yang pernah di selenggaran sebelumnya.
“kegiatan-kegitan yang sifatnya membangun jaringan, seperti event-event yang pernah diselenggarakan TBJT sebelumnya, sebenarnya bukan tugas pokok kita saat ini,” ujar dia.
Meski demikian, pihaknya tidak menolak atau anti dengan kesenian yang bersifat evolutif atau kebaruan. Hal ini terbukti dari support yang diberikan TBJT kepada salah satu komunitas teater yang belum lama ini mengadakan pementasan di Gedung Cak Durasim.
“Kita tidak menolak apalagi anti dengan dengan kesenian maupun kebudayaan yang bersifat kebaruan, karena ini kan Taman Budaya, tempat di selenggarakannya semua kegiatan Kebudayaan dan Kesenian,” kata dia, seraya menambahkan, jika bulan depan pihaknya juga mensupport komunitas teater dari Kota Kembang Bandung, dengan Sutradara Heksa Ramdono. (wan)