SURABAYA – Dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi, Kabupaten/Kota se-Jatim, Sabtu (27/4) malam di Hotel Satelit, Ketua MUI Jatim KH. Abdussomad Buchari menegaskan labelisasi halal di Jatim sudah selayaknya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah, kalangan ulama, dan pelaku usaha. Hal ini karena penduduk muslim di Jatim jumlahnya mencapai hingga 96,7 persen dari 38 juta jiwa penduduk Jatim.
“Selain sebagai perlindungan terhadap kaum muslim, halal juga menjadi tren bisnis yang sangat potensial” katanya seraya menambahkan bahwa labelisasi ini sangat penting artinya bagi Jatim dan Indonesia karena tahun ini pemerintah tengah menggalakkan pengembangan wisata syariah, di mana Jatim merupakan wilayah yang memiliki obyek wisata beragam.
Dalam waktu dekat, lanjut dia, akan digelar pameran Indonesia Halal Expo (INDHEX) Jatim 2013. “INDHEX direncanakan bertempat di JX International Expo selama empat hari mulai tanggal 20 hingga 23 Juni dengan diikuti sebanyak 200 peserta. Para peserta ini terdiri dari perusahaan besar tingkat nasional yang memiliki sertifikat halal, pelaku usaha kecil menengah di bidang pangan, sandang dan perlengakapan ibadah, pengusaha busana muslim, lembaga pendidikan dan para pengarajin unggulan di Jatim,” urai Abdussomad.
Pameran tersebut juga dimeriahkan oleh berbagai kegiatan seperti, talkshow tentang pentingnya produk halal bagi konsumen dan produsen, Islamic fashion show, dan demo masak “Jumbo Halal Cullinary” yang menyajikan masakan khas Jatim.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan di Jatim labelisasi halal sangat vital untuk industri makanan dan minuman (mamin). Diketahui, industri mamin dan olahan berkontribusi kurang lebih 50 persen dari hasil akumulasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim, atau sebesar Rp. 152 triliun.
“Pameran tersebut bagus untuk produk makanan minuman di Jatim. Dari total PDRB Jatim tahun 2012 sejumlah Rp. 1001 triliun, sebanyak 60 persennya atau Rp. 600 triliun disumbangkan oleh konsumsi. Sedangkan 60 persen atau sebesar Rp. 350 triliun dari konsumsi tersebut berasal dari belanja makan minum. Dari jumlah itu, Rp. 200 triliun disumbangkan oleh masakan di rumah, dan industri makanan minuman pabrik memberi kontribusi Rp. 152 triliun,” jelas orang nomer satu di jatim ini
Melihat potensi itu, Karwo berharap INDHEX menjadi ajang memberikan sosialisasi dan edukasi halal bagi masyarakat Jatim. Selain itu, MUI mensosialisasikan pentingnya sertifikasi dan labelisasi halal bagi pengusaha mamin di Jatim.
“Ini karena jika produk mamin telah memiliki label halal, maka produk tersebut dipastikan lebih laris jika dibandingkan dengan produk serupa namun belum berlabel halal. Sebab, masyarakat tentu lebih memilih produk yang telah bersertifikasi. Berikan penjelasan pada pengusaha tentang pentingnya sertifikasi dan label halal dan potensi industri mamin di Jatim yang sangat besar, jika mereka sudah mengerti, kelak mereka yang akan datang ke MUI untuk mendaftarkan produknya dan ini artinya program MUI berhasil,” usulnya. (neu/ara)