SURABAYA – Saat ini Bagaian Perlengkapan Pemkot Surabaya sedang dalam pantauan Komisi C DPRD Surabaya, terkait dengan pengadaan belasan ribu bangku sekolah. Jika sebelumnya Komisi C mengkritik dan menduga ada permainan dalam proses lelang pengadaan bangku sekolah tersebut, karena pemenang tendernya dari Tangerang, Banten. Sekarang yang menjadi sorotan adalah harga perset bangku yang terdiri dari satu meja dan satu kursi dinilai terlalu mahal, yakni seharga Rp. 640 ribu perset.
Hal ini diungkapkan oleh anggota Komisi C DPRD Surabaya, Agus Sudarsono. Dirinya mengatakan, jika harga perset bangku tersebut dinilai berlebihan dan tidak rasional.
“Kalau harganya Rp 640 ribu per set itu terlalu mahal dan sangat berlebihan. Setidaknya di bawah Rp 500 ribu per set. Masalah harga bangku-meja sekolah ini harus dirasionalkan agar tidak ada masalah di belakang hari,” ungkap dia. Selasa (21/5) kemarin.
Pihaknya menegaskan jika nilai pagu harus disesuaikan dengan fakta di lapangan. karena persoalan seperti ini bisa menimbulkan banyak permasalah di kemudian hari. “Ya, sebaiknya nilai pagu bangku-meja disesuaikan dengan fakta di lapangan. “Daripada nanti dituding korupsi dan lain sebagainya,” ujar dia.
Padahal, jika konfrantasikan harga perset bangku antara produksi pemenang tender dari Tangerang, Banten dengan harga yang ada di internaet, harganya jelas selisih jauh. Dimana di situs indonetwork.co.id, harga perset bangku sekolah produksi UD. Indokarya dari Kec. Mojosari, Kab. Mojokerto, harganya Rp. 325 perset jenis tunggal. Sedangkan, untuk jenis double, yakni terdiri dua kursi dan satu meja panjang, harganya Rp. 425 ribu perset. Artinya, harga tersebut selisih Rp. 215 ribu perset bangku sekolah jenis tunggal yang terdiri dari satu bangku dan satu meja.
Sementara itu, Anggota Komisi C DPRD Surabaya, Sudirjo memperkirakan, mahalnya harga bangku sekolah tersebut mungkin karena termasuk biaya transportasi pengiriman dari Tangerang ke Surabaya. Kendati demikian, dirinya menjelaskan jika hal-hal seperti biaya pengiriman karena jauhnya tempat produksi dan lain-lain, seharusnya masuk dalam perhituangan ketika proses lelang. “Jadi, tidak mungkin, jika tidak diperhitungkan pula ongkos perjalanannya,” jelas dia.
Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga mempertanyakan alasan Bagaian Perlengkapan Pemkot Surabaya memilih rekanan atau kontraktor dari luar daerah untuk pengadaan bangku sekolah. “Pertanyaannya, apa di Surabaya atau di Jatim tidak ada penjual bangku sekolah?, kan banyak pengusaha yang memproduksi mebeler seperti itu. Harganya saya pikir tidak mahal, karena dekat,” terang dia.
Dirinya juga menduga jika ada permainan dalam pengadaan bangku sekolah tersebut. Selain pemenangnya dari daerah lain, nilai pengadaannya juga cukup fantastis alias termasuk mahal. “Yang kami pertanyakan adalah ada apa dengan ini semua?,” tegas dia.
Seperti diketahui, lelang untuk pengadaan bangku sekolah yang rencananya akan digunakan oleh sekolah SD,SMP dan SMA ini dimenangkan oleh salah satu perusahaan dari Tangerang, Banten, dengan jumlah pengadaan bangku sebanyak 13 ribu set.
Artinya, dengan jumlah tersebut Bagaian Perlengkapan Pemkot Surabaya mengeluarkan anggaran sekitar Rp. 8,32 miliar. Padahal , jika Bagaian Perlengkapan Pemkot Surabaya menggunakan harga bangku-meja sekolah di Mojokerto, Pemkot Surabaya bisa menghemat anggaran sampai Rp. 2,795 miliar, karena hanya membutuhkan Rp. 5,525 miliar untuk 13 ribu set bangku sekolah jenis tunggal. (wan)