PAMEKASAN – Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Pamekasan, Kamis (31/5), menutup kerja Ketua STAIN, Tafikurrahman. Penutupan menggunakan palang kayu itu dilakukan karena para mahasiswa merasa kecewa dengan kebijakan pimpinan perguruan tinggi tersebut yang dinilai tidak berpihak pada mahasiswa.
Sebelum melakukan penutupan, para mahasiswa ini membakar ban bekas di halaman Gedung Rektorat, sebagai bentuk kekecewaan. Sempat terjadi aksi dorong antara mahasiwa dengan petugas keamanan kampus yang melarang mereka memasuki ruang pimpinan.
Setelah berhasil masuk ke ruang rektorat, para mahasiswa ini menutup ruang kerja Ketua STAIN dengan menggunakan kayu. Di pintu ruangan itu ditempeli kertas bertuliskan “Ruangan Ini Disegel Mahasiswa”.
Salah seorang perserta aksi, Musfiqul Khair mengatakan salah satu kebijakan yang dinilai tidak berpihak pada mahasiswa adalah pengelolaan radio kampus. Mereka menilai, media informasi itu harusnya dikelola oleh mahasiswa sebagai salah satu bentuk kegiatan ekstra kampus.
“Sayangnya, radio pun dikuasai sehingga kami tidak memiliki media untuk menuangkan minat dan bakat di bidang pengelolaan radio,” kata Musfiq.
Ketua STAIN Pamekasan, Taufiqurrahman, yang menemui para mahasiswa mengatakan pimpinan Perguran Tinggi Islam Negeri itu sudah bersepakat untuk menganulir keputusan yang sudah berjalan dan akan melakukan rekrutmen ulang pengelola radio.
Taufiqurrahman menambahkan, Radio STAIN tetap merupakan milik mahasiswa. Sedangkan kepengurusan tetap tertib terkontrol dan bertanggung jawab pada barang milik negara, yang dalam hal ini dikoordinasi oleh kepala Pusat Informasi dan Publikasi yang dibentuk oleh Senat dengan anggota seluruh dosen.
Ia menyatakan rasa herannya ketika melihat mahasiswa sangat berkeinginan agar mahasiswa semester VI dikeluarkan dari keanggotaan pengelola radio. Sedangkan radio merupakan sarana untuk mengakomodir minat dan bakat yang dimiliki mahasiswa tanpa memandang tingkatan semester. “Kami mau memberikan ruang bagi mahasiswa yang mau menekuni,” katanya.
Di lingkungan kampus STAIN, beredar isu bahwa unjukrasa itu dilakukan oleh para mahasiswa yang kecewa karena gagal dalam seleksi pengelola radio. Kekecewaan itu diungkapkan dalam bentuk unjukrasa.
“Padahal kami memang harus memilih mereka yang dinilai mampu, bukan harus merekrut semua yang memiliki keinginan untuk bergabung,” kata salah seorang pimpinan Kampus STAIN sambil meminta namanya tidak ditulis. (awa/muj/rah)