SAMPANG- Penderita penyakit leptospirosis, yakni jenis penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, saat ini mencapai 89 orang, atau bertambah 54 orang dibanding dua pekan lalu.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sampang Firman Pria Abadi, pada 1 Mei 2013, jumlah warga Sampang yang diketahui terserang jenis penyakit itu hanya 35 orang, akan tetapi hingga 12 April 2013 mencapai sudah mencapai 89 orang.
“Dari jumlah itu sebanyak sembilan orang meninggal dunia, sedangkan 80 orang sisanya masih menjalani perawatan di rumah sakit,” katanya menjelaskan.
Para penderita leptospirosis ini kebanyakan dirawat di RSD Sampang, dan sebagian terpaksa dirujuk ke rumah sakit di Surabaya, karena kondisinya parah.
Terakhir, penderita yang meninggal dunia bernama Bunari warga Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Kota. Ia sebelumnya dirawat di RSD Sampang, namun karena kondisinya kian parah, korban lalu dirujuk ke rumah sakit Dokter Soetomo di Surabaya.
“Ia dirawat selama tiga hari disana, lalu akhirnya meninggal dunia,” kata Firman Pria Abadi menjelaskan.
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis).
Jenis penaykit ini dikenal juga dengan nama penyakit “weil”, demam “icterohemorrhage”, penyakit “swineherd’s”, demam pesawah (Ricefield fever), demam pemotong tebu (cane-cutter fever), demam lumpur, jaundis berdarah, penyakit Stuttgart, dan demam Canicola.
Penyakit ini, terutama berisiko terhadap orang yang bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani, penjahit, dokter hewan, dan personel militer.
Selain itu, leptospirosis juga berisiko terhadap individu yang terpapar air yang terkontaminasi.
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease). Urine (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan.
Di Indonesia sendiri, penularan jenis panyakit ini paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir.
Sebab, keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri leptospira berkembang biak.
Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.
“Sebab sejauh ini kan tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis, karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi,” kata Kepala Dinkes Sampang Firman Pria Abadi menjelaskan.
Beberapa jenis hewan lain yang juga berpotensi menjadi penyebar jenis penyakit ini antara lain sapi, kambing, domba, kuda, babi, dan anjing. Akan tetapi potensi menularkan kepada manusia tidak sebesar tikus.
Firman lebih lanjut menjelaskan, sampai saat ini, sampai saat ini pihaknya masih terus memperketat pemantauan di sejumlah lokasi rawan banjir di Kabupaten Sampang, serta memberikan bantuan obat secara gratis kepada warga.
Kasus pertama yang ditemukan di Sampang pada tanggal 20 April 2013. Ketika itu satu orang yang meninggal, setelah itu penderita penyakit itu bertambah hingga enam orang yang meninggal dunia dan kini mencapai sembilan orang. (ant/ziz/rah)