SURABAYA – Pasangan Calon Gubernur – Calon Wakil Gubernur Jawa Timur yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) Bambang Dwi Hartono dan Said Abdullah, Kamis (16/5) kemarin meluncurkan ikon pemenangan “BAMBANG – SAID untuk Jawa Timur JEMPOL” di Taman Bungkul Jalan Raya Darmo, Surabaya. Acara tersebut diikuti oleh ratusan pengurus dan simpatisan PDI Perjuangan dari berbagai daerah di Jawa Timur. Turun dari mobil, pasangan yang mengenakan baju ‘kebesaran” hitam bertuliskan ‘I like jempol’ langsung disambut para pendukungnya dan diangkat menuju ke tenda acara.
Acara dibuka dengan sambutan dari Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Ali Mudji. Dalam sambutannya, Ali Mudji mengatakan, partainya sangat tepat telah memilih Bambang DH dan Said Abdullah sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur periode 2014-2019. Sebab, kedua tokoh ini memiliki track record yang sangat baik. “Bambang DH dua kali menjadi walikota Surabaya dan 2 kali menjadi wakil walikota Surabaya. Dibawah kepemimpinannya, Kota Surabaya kota terbaik yang dulu belum juga jempol kini sudah diwujudkan menjadi jempol,” tandasnya.
Said Abdullah juga demikian. Menurut Ali Muji, pria asli Madura ini menjadi anggota DPR RI yang sudah banyak memperjuangkan aspirasi warga khususnya di Dapil XI (Madura). Karena sikapnya tersebut, Said Abdullah kata Ali Mudji sangat populer di Madura dan juga di daerah basis Madura (tapal kuda, Red) di Jawa Timur.
“Yang paling penting, Pak Said Abdullah merupakan satu-satunya generasi Madura yang meneruskan perjuangan Gubernur Muhammad Noer. Ia juga dikenal sangat taat pada konstitusi,” ungkap Ali Mudji.
Pada kesempatan Bambang DH mengaku sangat optimis untuk bersaing dengan kandidat-kandidat lain yang muncul. “Kita diposisikan buncit tidak masalah, tidak ada beban,” kata Bambang DH.
Bambang mengatakan tagline pemenangan mereka berubah menjadi “BAMBANG – SAID untuk Jawa Timur Jempol”. Mengapa memilih jempol sebagai ikon pemenangan karena jempol dianggap sebagai organ tubuh yang menunjukkan keutamaan dan kebajikan.
“Jempol sering diacungkan untuk menunjukkan keluhuran budi. Kami juga memilih ikon ini karena ikon ini dinilai tidak diskriminatif. Semua orang punya jempol. Laki – laki, perempuan, anak – anak, remaja, lansia. Jempol juga tidak membeda – bedakan suku, ras, etnis, bangsa, agama dan golongan,” jelas Bambang.
Ia menambahkan JEMPOL juga merupakan singkatan yang menjadi panduan sikap kepemimpinan bagi mereka berdua. “J = Jujur, E = Eling (ingat amanat), M = Mituhu (taat pada aturan), P = Prigel (cekatan), O = open (merawat), L = Loman (murah hati, senang berbagi dan memberi),” katanya lagi seraya menambahkan bahwa dengan ikon ini dirinya dan Said meletakkan diri sebagai milik semua orang. (neu/beth)