SUMENEP— Para penumpang yang memanfaatkan transportasi laut melalui Pelabuhan Dungkek merasa kesulitan saat menaiki badan kapal karena tidak adanya jalur khusus yang memudahkan penumpang melakukan penyeberangan. Tidak adanya sarana tersebut banyak penumpang yang dirugikan karena barang-barang yang dibawa sering jatuh dan tidak bisa diselamatkan.
Masdura (54) warga Desa Lapa Laok yang sehari-hari menjadi kuli angkut barang-barang di Pelabuhan Dungkek merasa sangat susah saat hendak menaikkan barang ke atas kapal, karena tidak ada jembatan khusus yang memudahkan penumpang saat menaiki badan perahu. Setiap harinya banyak pedagang kepulauan setiap harinya berbelanja ke darat untuk menambah stok kebutuhan pokok.
“Pelabuhan ini harusnya memang diberi jalur khusus agar penumpang yang mau naik perahu tidak susah,”paparnya kepada Koran Madura, Senin (13/5).
Ia menyebutkan, rata-rata para penumpang yang memanfaatkan jasa transportasi angkutan perahu klothok di Pelabuhan Dungkek setiap harinya sekitar 120 hingga 200 orang. Para penumpang itu biasanya melakukan penyeberangan untuk ketiga pulau, yakni ke Pulau Gili Raja, Sepudi dan Pulau Raas. Sedangkan jumlah perahu klothok yang ada di Pelabuhan Dungkek diperkirakan 90-an perahu dengan cara bergantian.
Jadwal pemberangkatan ke Pulau Sepudi, berangkat dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari jam 10.00, kemudian pada jam 15.00 dengan ongkos Rp. 25 ribu perorang. Perjalanan dari Pelabuhan Dungkek ke Pulau Sepudi memakan waktu kurang lebih selama satu jam setengah dengan perahu klothok. Sedangkan perjalanan ke Pulau Raas dengan perahu yang sama berangkat pada jam 9 pagi dengan ongkos Rp. 40 ribu. Tapi, pemberangkatan ke Pulau Gili Raja hanya ditempuh dalam satu jam dengan perahu yang sama. Berangkat jam 10.00 pagi dan ongkos Rp. 10 ribu perorang.
Hal senada juga diungkapkan oleh Muhdar (42) pekerja di gudang ikan dekat pelabuhan. Ia menceritakan, tidak adanya jalur khusus penyeberangan penumpang juga menyulitkan para pedagang sapi dari Pulau Sepudi setiap hari Kamis. Para pedagang sapi yang membawa dagangannya untuk dijual ke Pasar Bangkal harus melepaskan sapinya lebih dulu ke laut. Karena jika langsung ditarik untuk melompat ke tambatan perahu dikhawatirkan sapi-sapi itu akan patah. “Karena sapi itu dilepaskan lebih dulu ke laut. Seringkali sapi-sapi itu terlepas dan berenang ke tengah laut,”tuturnya.
Menurutnya, pemerintah semestinya tanggap mengenai kebutuhan riil yang dibutuhkan masyarakat. Perlunya fasilitas pendukung pelabuhan dan jalur khusus para penumpang kepulauan sebagai sarana demi kemakmuran masyarakat. Sebab kawasan Pelabuhan Dungkek, selain ramai karena mobilitas penumpang juga banyak gudang ikan yang memanfaatkan jalur khusus dari tambatan perahu ke badan perahu sebelum diangkut ke gudang untuk ditimbang. “Kalau gudang ikan yang besar disekitar pelabuhan disini ada 5 buah,” tukasnya. (athink/mk)