JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa menilai, tudingan pemerintah China yang menolak untuk mengimpor buah manggis asal Indonesia tidak beralasan. Pasalnya, tudingan yang menyebutkan manggis Indonesia mengandung organisme penyakit tanaman dan logam berat tersebut tidak dibarengi dengan pembuktian secara ilmiah.
“Buktikan kalau ada penyakit dan logam berat. Kita juga bisa mengatakan, barang kamu (China) ada logam dan penyakit. Kalau kita menuduh, harus kita buktikan terlebih dahulu,” kata Hatta di Depok, Jawa Barat (28/5).
Namun demikian, Hatta meminta agar Kementerian Perdagangan juga memberikan penjelasan secara mendetil terkait isu penolakan China terhadap buah lokal tersebut. Sehingga, lanjut dia, kabar itu tidak menimbulkan dampak buruk yang lebih luas terhadap buah lokal lainnya di mata intersional.
“Ini menjadi tugas Kementerian Perdagangan kita. Harus dipertanyakan mengapa ada penolakan. Jadi, jangan sampai hal-hal semacam ini justru menimbulkan dampak buruk bagi perdagangan kita,” paparnya.
Lebih lanjut Hatta menambahkan, sejauh ini Indonesia selalu menjadi pengekspor bahan mentah ke luar negeri. Seharusnya, kata dia, perlu adanya industri pengolahan untuk memproduksi bahan mentah menjadi barang jadi sebagai produk ekspor. “Indonesia terlalu lama menjadi bangsa kuli dan menjual bahan mentah ke luar negeri,” ucapnya.
Dengan demikian, jelas dia, penting bagi Indonesia untuk menciptakan kawasan industri untuk mendukung kegiatan produksi tersebut. Hal ini juga diyakini akan mampu menyerap banyak tenaga kerja. “Kuli yang bekerja dan sopir truk, tidak ada sarjana yang bekerja,” imbuh Hatta.
Terkait penolakan China terhadap manggis Indonesia, Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan menambahkan, kejadian itu diharapkan bisa menjadi bahan introspeksi pemerintah untuk meningkatkan kualitas produk hortikultura domestik. “Kita memang sedang membuka proses kegiatan ekspor dengan negara lain, seperti China dan Australia,” katanya di Jakarta.
Dia menambahkan, penolakan manggis asal Indonesia karena adanya anggapan dari China bahwa buah tersebut mengandung organisme penyakit. “Kita lengah, kemudian ada virus OPT manggis itu yang mahal,” ujar Rusman.
Rusman berharap, petani yang memproduksi manggis bisa segera mengatasi persoalan ini, terlebih lagi buah ini sudah berhasil menembus pasar Australia. “Kita berhasil mengekspor ke Australia dan tentunya ini harus dijaga. Jangan sampai kejadian di China terulang,” ujarnya. (gam/bud)