PAMEKASAN – Sebanyak tiga rumah di Dusun Tareta Satu, Desan Palengan Daya, Kecamatan Palengan Pamekasan ambruk setelah tanah di bawahnya amblas sedalam setengah meter, Kamis (14/6). Ketiga rumah tersebut merupakan milik keluarga Mohammad Sukar (80) yang dihuni ibunya Tarsia dan rumah Abdussyakur (35). Rumah kedua keluarga itu saling berdempetan, sedang satu rumah lainnya yakni milik Kusyairi (25). Sejumlah bangunan lain milik keluarga itu juga ikut ambruk.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Sebab, sebelum ambruk, ketiga rumah itu sudah mulai retak sejak Selasa (11/6) lalu. Sehingga seluruh penghuninya berikut perabotan di dalamnya diungsikan ke rumah lain yang lokasinya tidak jauh. “Kami sudah merasa khawatir karena sejak Selasa lalu sudah mulai retak dan retakannya makin parah,” kata Juha (37) anak kedua Sukar.
Ia memperkirakan, ambruknya ketiga rumah itu disebabkan oleh tanah di bawahnya mengalami amblas setelah hujan deras mengguyur daerah itu selama dua hari berturut-turut. Sebab, di sekitar rumah itu terjadi retakan tanah sedalam setengah meter.
Ia mengkhawatirkan kondisi lima bangunan lain di sekitar rumahnya akan mengalami hal yang sama. Karena kondisi tanah yang ditempati bangunan itu sama, labil, dan dikhawatirkan amblas ketika diguyur hujan deras.
Peristiwa lain menimpa sebuah rumah milik Amrawi (45) warga Dusun Nungmalang, Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Pamekasan, yang rusak berat setelah tembok penahan tanah (TPT) di samping rumahnya amblas. TPT itu diduga tidak mampu menahan air hujan yang terjadi dalam sepekan terakhir.
Kerusakan bangunan itu terjadi pada Rabu (12/6) dan hingga Kamis (13/6) masih dibiarkan begitu saja, karena pemiliknya sedang mencari kerja ke luar Madura. Rumah ukuran 6 x 9 meter itu hanya dihuni Umyana, istrinya bersama anak-anaknya.
Kerusakan terjadi cukup parah pada bagian kanan rumah, karena selain tembok pada bagian itu ambruk, atap rumah juga miring dan kini hanya dipasang tiang penyanggah yang terbuat dari bambu. Atap rumah itu tidak ambruk total, karena saat dinding ambruk atap tersebut masih mengenai lemari di salah satu kamar.
Menurut Umyana, TPT tersebut ambruk pada Rabu (12/3) malam saat ia dan anaknya berada di dalam rumah. Untungnya, kamar yang ambruk itu tidak ditempati sehingga tidak menelan korban. Ia tidak menduga bencana itu akan menimpa keluarganya. Sehingga, ia mengaku sangat shok saat rumah tersebut ambruk.
“Saya tidak tahu harus berbuat apa saat itu selain hanya berteriak minta tolong. Karena tembok rumah saya masih bagus tapi ternyata kena longsor,” katanya.
Umyana mengaku belum memiliki rencana untuk memperbaiki bangunan yang ambruk itu dan masih menunggu suaminya pulang. Ia sudah memberitahukan kejadian itu kepada suaminya namun sampai saat ini ia belum bisa pulang ke Madura. Sebab, selama dua minggu, suaminya sudah menganggur di perantauan.
Dia khawatir, longsor pada bagian TPT rumahnya akan semakin parah, jika hujan deras masih terjadi. Jika longsor itu semakin meluas, ia juga khawatir akan mengakibatkan kerusakan lebih parah pada bagian rumahnya.
Sampai saat ini, ia masih bingung untuk memperbaiki bangunan itu karena tidak memiliki dana cukup. Ia juga tidak tahu caranya untuk meminta bantuan sehingga hanya membiarkan kerusakan itu. (CR-1/uzi/muj/rah)