SUMENEP – Tanah di Desa Kecer, Dasuk, yang beberapa waktu lalu amblas, Rabu (19/6) sekitar pukul 04.30 WIB, kembali terjadi. Saat ini lebarnya tanah yang amblas bertambah sekitar 10 meter dan kedalaman enam meter.
Aswa (37), warga yang rumahnya dekat dengan tanah yang amblas bercerita, peristiwa tersebut diawali dengan suara gemuruh. Namun, pada saat itu tidak ada warga yang berani keluar rumah dan mendekati bunyi suara itu. Ia mengaku masih trauma dengan peristiwa amblasnya tanah beberapa waktu lalu.
Peristiwa amblasnya tanah susulan tersebut juga menumbangkan banyak pepohonan. “Termasuk air yang ada di tanah amblas, itu pun juga kian banyak. Saya dan semua warga dibayangi rasa takut, rasa takut itu selain khawatir ada kejadian susulan lagi, air itu akan tambah ke atas,” katanya, Kamis (20/6).
Suryanto ( 44), warga lainya menjelaskan, warga punya inisiatif untuk menggelar istigasah, memohon kepada Allah agar bencana alam segera berakhir. “Kami sekarang sudah bangun tenda, siap-siap untuk menggelar istigasah dengan tujuan agar Allah menjaga kami dari segala mara bahaya, khususnya agar musibah yang melanda desa kami segera berakhir, biar kami hidup tenang dan damai seperti semula,” katanya.
Fatlur mengatakan, istigasah itu akan digelar setiap malam, yakni setelah isya’. “Secara khusus, istigasah ini akan berdoa, memohon kepada yang berkuasa, agar warga Desa Kecer dikeluarkan dari musibah ini,” ujarnya.
Sementara pada waktu bersamaan, Rahman, pengunjung asal Rubaru berharap agar pemerinta selalu siap siaga mengontrol tiap saat. “Sebab tak menutup kemungkinan, kejadian susulan bisa terjadi kapan pun, termasuk badan penanggulangan bencana tetap berjaga-jaga dan mengontrol setiap saat, kasihan warga, mereka diselimuti rasa was was dan takut,” pintanya.
Asap Blerang
Sementara di Desa Matanair, Rubaru, yang tanahnya juga amblas beberapa waktu lalu mengeluarkan asap berbau Blerang. Warga yang tinggal di dua posko yang disediakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep itu mulai sesak napas karena mencium bau tersebut.
Ahyar, Petugas dari BPBD Sumenep di lokasi, mengatakan, bongkahan tanah yang mengeluarkan asap terjadi sejak hari Selasa (18/6) malam. Asap tersebut merupakan asap berupa debu yang berbau sangat tajam dan menyengat.
Pantauan Koran Madura di lapangan, lokasi munculnya asap blerang tersebut masih berada di satu lokasi dan tidak menyebar melalui rekahan tanah lainnya dan belum begitu mengkhawatirkan. Akan tetapi, warga di lapangan mengalami reaksi seperti kepala pusing, batuk dan gatal menyerang kulitnya.
“Sampai saat ini, warga yang sudah diungsikan sejak munculnya asap itu serkitar 44 KK (kepala keluarga, red) yang terbagi dalam 150 jiwa,”paparnya.
Syamsul Arifin, warga setempat, menjelaskna, asap berbau menyengat yang keluar dari rekahan tanah itu terjadi pada Selasa menjelang malam, yaitu sekitar pukul 19.00 dan baru berhenti sampai sekitar pukul 7.00.
“Kami yang menghirup bau menyengat blerang itu langsung mengalami pusing dan batuk. Tidak hanya kami, tetapi pengunjung saat mendatangi bukit ini. Karena itu, kami tidak mengizinkan demi keselamatan mereka,” pungkasnya. (sym/athink/mk)