SAMPANG – Sebanyak lima warga syiah Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, menggelar aksi menuntut kebebasan beragama dengan bersepeda kayuh menuju Jakarta untuk menemui Presiden Republik Indonesia, Selasa (4/6).
Lima warga Desa Karanggayam dan Bluuran, Kabupaten Sampang tersebut, merupakan komunitas syiah yang berjuang untuk menuntut kebebasan beragama.
Kelima warga dari komunitas syiah tersebut, yakni Mat Rosyid (24), Mujadin (40), Rohman (35), Anwar (36), dan Muis (26).
Mat Rosyid ditemui usai berziarah ke Makam Sunan Kudus, di Kudus, Selasa, mengemukakan aksinya dengan bersepeda dimulai 1 Juni 2013 dan tiba di Kudus Selasa ini.
Setiap hari, kata dia, menempuh perjalanan hingga 59 kilometer yang dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.
Ia memperkirakan, rombongannya bisa tiba di Jakarta sekitar 16 Juni 2013.
Perjalanan menuju Jakarta, katanya, hanya dilakukan pada siang hari, sedangkan malam hari dimanfaatkan untuk istirahat.
“Harapan kami ketika tiba di Jakarta, bisa bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” ujarnya.
Tuntutan yang ingin disampaikan yakni soal kebebasan beragama bagi kaum syiah, karena sudah sembilan bulan di tempat pengungsian, di GOR Wijaya Kusuma Sampang yang kondisinya semakin memburuk.
Ia menegaskan, warga syiah menginginkan kembali ke kampung halamannya serta menolak direlokasi ke daerah lain, karena tidak ingin meninggalkan tanah kelahirannya.
Sejak 1 Mei 2013, katanya, para pengungsi mulai masak sendiri dengan dana bantuan yang diterima untuk setiap orang sebesar Rp175.000/bulan.
Adapun jumlah pengungsi di GOR Sampang, katanya, mencapai 165 jiwa, sebanyak 38 orang di antaranya merupakan anak-anak.
Upaya berdialog dengan pemimpin daerah setempat, dinilai belum membuahkan hasil, sehingga mereka bertekad melakukan aksi dengan cara bersepeda untuk menemui Presiden.
Selain menuntut kebebasan beragama, kaum syiah tersebut juga menuntut Pemerintah Pusat mengambil langkah konkret mewujudkan resolusi konflik dan bukan relokasi, memberikan jaminan dan perlindungan keamanan terhadap aset milik warga syiah, serta memberikan jaminan keamanan bagi komunitas syiah Karanggayam dan Bluuran agar bisa kembali hidup normal di kampung halamannya.
Mereka juga menuntut dipulangkan dari tempat pengungsian serta menuntut penegakan hukum terhadap kelompok intoleran yang menghambat upaya rekonsiliasi.
Sekretaris DPP Gerakan Kebangkitan Rakyat (Gatara) Aris Djunaidi mengaku prihatin dengan sikap masyarakat sekarang yang mudah tersinggung, terutama soal pluralisme beragama.
“Kasus kaum syiah Sampang tersebut, tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk segera menyelesaikannya,” ujarnya.