BANGKALAN – Pemkab Bangkalan kerapkali melakukan razia terhadap anjal dan pengemis. Tetapi, razia tersebut dinilai kurang efektif. Sebab pasca razia, para anjal dan pengemis lain kembali ke traffic light. Oleh sebab itu, Pemkab bakal menempatkan anggota Satpol PP pada setiap traffic light yang dijadikan mangkal anjal dan pengemis. Cara itu dimaksudkan dapat menekan dan mengatasi maraknya i anjal dan pengemis yang tak kunjung jera berkeliaran di jalan-jalan tersebut.
Keberadaan anak jalanan dan pengemis di Kabupaten Bangkalan terus menjamur. Terutama pada sejumlah traffic light yang ada di perkotaan dan akses jembatan Suramadu. Para anjal ini umumnya mengamen dan menawarkan jasa pada pengemudi mobil ketika berhenti saat lampu merah menyala. Tentu keberadaan anjal sangat mengganggu arus lalu lintas yang ada di sana.
Dengan demikin, masyarakat harus lebih waspada ketika berada di traffic light karena banyak anjal. Tentu hal semacam itu juga akan membahayakan bagi anjal sendiri dan rawan menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
“Kami sudah melakukan rapat dengan Satpol PP, hasilnya bakal menempatkan anggotanya di setiap traffic light,” terang Asisten Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat Setda Bangkalan, Hasanuddin Buchori.
Ia menjelaskan Satpol PP ngepam di traffic light untuk melarang anjal dan pengemis bila datang kembali. Selain faktor keamanan berlalu lintas, juga untuk memberikan rasa nyaman terhadap wisatawan yang datang ke wilayah Bangkalan. Tidak jarang masyarakat mengeluh dan merasa risih dengan semakin maraknya anjal dan pengemis di traffic light. Bila nanti sudah ada anggota satpol PP yang berjaga disana, bisa dipastikan keberadaan anjal dan pengemis bisa ditekan.
“Kami yakin jika sudah ada Satpol PP yang berjaga di lampu stopan (traffic light), maka tidak akan ada anjal yang berani berada disana,” ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang pengamen yang biasa mangkal di perempatan lampu merah Petapan, Kecamatan Labang, Joko Susilo menyatakan dirinya merasa nyaman ngamen disana. Lantaran banyak mobil yang melintas.
“Secara otomatis peluang untuk mendapatkan uang juga besar. Hasilnya, setiap hari saya mengamen disana bisa mendapat Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu,” terangnya.
Menurut Joko, mengamen di traffic light dengan di kampung, lebih enak di perempatan jalan. Selain tidak usah muter-muter, juga dalam menyanyikan lagu tidak terlalu panjang. Karena berhentinya kendaraan saat lampu merah sebentar.
“Baru bernyanyi sudah mendapat uang dari sopir mobil. Berbeda dengan mengamen ke rumah, terkadang sampai satu lagu habis masih belum keluar orang yang punya rumah. Kami berharap tidak ditertibkan,” tandasnya.