PROBOLINGGO – Statemen Hary Tanoesoedibjo yang menilai Nasdem sebagai partai politik tidak memiliki modal. Ternyata mendapat tanggapan langsung dari Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Nasdem Kabupaten Probolinggo, Ahmad Rifa’i.
Menurutnya, ucapan yang dilontarkan oleh Hary Tanoesoedibjo kemarin, dinilai keliru tentang keberadaan partai Nasdem saat ini. Sebab partai yang dikomandoi oleh Surya Paloh, kata Rifa’i, partai yang paling siap dalam menghadapi pemilu 2014 mendatang.
“Kalau dikatakan Nasdem tidak bermodal, secara langsung yang dikatakan Hary Tanoesoedibjo, berarti ketakutan menghadapi partai Nasdem,” terangnya, kepada wartawan Senin. 27/1).
Kesiapan Partai Nasdem, lanjut dia, dalam menyambut pemilu saat ini sudah terlihat. Terbukti setiap even dan program yang dilakukan sudah terbilang banyak. Bahkan, setiap ada efen kegiatan partai Nasdem mengeluarkan biaya besar baik secara nasional maupun di tingkat daerah.
“Biaya yang di anggarkan untuk satu kegiatan nasional mencapai dana sebesar, Rp 1,5 – 1,6 miliar. Kegiatan yang bersekala daerah dan provinsi menghabiskan anggaran sebesar, Rp 500-600 juta. Dana sebesar itu, semuanya ditanggung oleh Surya Paloh selaku ketua umum, DPP Partai Nasdem,”papar Rifa’i.
Rifai menambahkan, DPP juga menanggung semua atribut para caleg, baik pusat maupun daerah. Bahkan dalam perekrutan caleg pun, Nasdem tidak memungut biaya sepeserpun kepada mereka.”Nasdem menginginkan adanya perubahan untuk Indonesia,” tegasnya.
Orang yang sudah masuk menjadi anggota Nasdem dibuktikan dengan Kartu Tanda Anggota (KTA). Jika meninggal dunia, anggota berhak menerima sumbangan dari partai. Setiap orang akan mendapatkan uang sebesar Rp 1 Juta, tanpa ada potongan apapun.
“Untuk Probolinggo saja, Nasdem sudah memberikan bantuan kepada anggota yang meninggal dunia kurang lebih 100 orang,”tegas Rifai’i.
Rifa’i menyebut, DPP Nasdem secara konsisten memberikan dana operasional kantor. Baik untuk DPW dan DPD.”Jumlahnya mencapai 510 DPD baik kota maupun kabupaten, dan 31 Propinsi se Indonesia,” katanya.
Ia menilai Hary Tanoesoedibjo seperti itu, karena dinilai kecewa. Sebab tidak mampu merebut kekuasaan sebagai Ketua Umum partai Nasdem. “Banyak kader Nasdem yang tidak menginginkan atas kepemimpinannya,” pungkas Rifa’i.