SAMPANG- Erupsi gunug Kelud, Kabupaten Kediri, Jawa Timur berdampak serius hingga ke Madura. Abu vulkaniknya yang menyebar ke sebagian besar wilayah Jawa Timur membuat pasokan sembilan bahan pokok (sembako) ke Madura terganggu. Akibatnya, harga sembako melonjak tajam di Pasar Srimangaunan, Sampang, Madura, Kamis (20/2).
Salah satu pedagang Hurhasanah (35) mengatakan, harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan harga yang cukup tajam. Itu lantaran pasokan dari luar daerah tersendat. Sehingga para pedagang tidak mempunyai stok yang cukup.
”Sejak ada hujan debu (erupsi abu vulkanik, Red) itu pasokan mulai tersendat. Sehingga harga-harga (sembako) mulai naik,” kata warga Desa Banyuanyar yang berjualan cabai rawit itu saat ditemui Koran Madura di Pasar Srimangunan.
Menurutnya, harga cabai rawit saat ini tembus di harga Rp 60 ribu perkilogram. Padahal sebelum ada erupsi abu vulkanik Gunung Kelud hanya Rp 35 ribu perkilogram. Sementara menurut Siti Romlah (37) menuturkan bahwa harga bawang merah juga meangalami kenaikan dari harga Rp 10 ribu perkilogram menjadi Rp 14 ribu perkilogram.
”Bawang merah juga naik (harganya) Mas. Karena pasokan dari luar daerah sedang tidak lancar,” ujar Siti Romlah yang biasa jualan bawang merah di Pasar Srimangunan.
Selain itu, harga telur juga mengalami kenaikan harga dari Rp 14 ribu perkilogram menjadi Rp 14 ribu perkilogram. Hanya saja, harga beras dan minyak goreng masih stabil. Saat ini, harga beras bertahan di kisaran Rp 8 ribu perkilogram sedangkan minyak goreng Rp 11,500 perkilogram.
”Teman-teman pedagang belakangan ini banyak yang mengeluh karena pasokan terganggu hingga mengakibatkan kenaikan harga. Dan, para konsumen pun mulai sepi. Yang biasanya dalam satu minggu menghabiskan satu kwintal (penjualan cabai rawit), kini dalam minggu belakangan ini tidak sampai (satu kwintal),” tutur Nurhasanah.
Sementara itu, salah satu konsumen yang hanya menyebutkan inisialnya SM (45) berharap Pemerintah turun tangan mengatasi kenaikan harga sembako di Kabupaten Sampang.
”Kami berharap besar kepada pemerintah setempat untuk memberikan solusi agar kebutuhan pokok tidak melonjak tinggi. Yang biasanya saya mampu membelinya satu kilogram cabai rawit, malah sekarang berkurang dengan membeli seperempat kilogram saja,” ungkapnya.