PAMEKASAN – Ratusan ibu rumah tangga di Desa Pagagan, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, mengisi waktu luang dengan berburu kerang di perairan tersebut. Aktivitas ini mereka lakukan pada saat air laut surut dengan cara menggali pasir untuk mengetahui tempat persembunyian kerang.
Aktivitas berburu kerang yang dilakukan istri-istri nelayan ini hampir dilakukan setiap hari, selama cuaca buruk berlangsung akhir-akhir ini. Hal ini mereka lakukan untuk menopang kebutuhan ikan selama suaminya tidak melaut.
Salah satu warga Desa Pagagan, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, Suripah mengatakan ia dan ibu-ibu rumah tangga lainnya terpaksa berburu kerang untuk dikonsumsi karena tidak punya uang untuk membeli ikan. Sebab harga ikan belakangan ini naik drastis.
Harga ikan di pasaran Pamekasan mengalami lonjakan hingga 70 persen. Harga ikan tongkol ukuran sedang biasanya seharga Rp 6 ribu per ekor, kini naik menjadi Rp 10 ribu perekor.
Menurut Suripah, selama suaminya tak melaut, ia tak mampu membeli ikan karena satu-satunya sumber penghasilan keluarganya yaitu melaut.
“Sekarang harga ikan sangat mahal, suami saya tidak melaut. Jadi saya terpaksa cari kerang untuk dimakan bersama keluarga,” katanya.
Dijelaskan hasil tangkapan kerang yang diperoleh para istri nelayan itu tidak bisa dijual. Selain hasil tangkapannya terbilang sedikit yaitu sekitar 1 kg perharinya, kerang tangkapan mereka juga sangat kecil, sehingga tidak akan laku terjual.
“Siapa yang mau beli, Mas, kerangnya kecil-kecil dan kotor karena bercampur lumpur pasir. Untuk membersihkan kerang satu kiloan saja butuh waktu lama,” katanya.
Sementara itu, para nelayan yang tidak melaut memafaatkan waktu untuk memperbaiki peralatan mereka. Seperti memperbaiki jala atau memperbaharui cat perahunya. Kondisi serupa juga terjadi pada nelayan pagan apung di perairan Talang Siring. Kebanyakan mereka tak berani melaut karena angin kencang masih melanda perairan tersebut. Para nelayan menepikan pagan apung, karena khawatir hilang terbawa arus.