BANGKALAN – Sekitar dua pekan terakhir para nelayan di Desa Banyusangkah Kecamatan Tanjung Bumi tidak berani melaut. Demi memenuhi kebutuhannya sehari-hari, para nelayan harus rela menguras tabungannya yang selama ini mereka simpan dari hasil melaut. Sebab tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan kecuali menguras tabungan. Apalagi melaut merupakan satu-satunya mata pencaharian para nelayan.
Disaat terjadi cuaca ektrem di perairan Bangkalan, para nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut, terpaksa ratusan nelayan berhenti melakukan aktivitas utamanya. Mereka tidak bisa bekerja untuk sementara waktu. Resikonya, apabila para nelayan memberanikan diri melaut, ombak besar di tengah laut dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
“Sejak cuaca buruk dan ombak begitu besar ditengah laut, otomatis kami tidak lagi bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam menyambung hidup terpaksa kami menguras isi tabungan yang selama ini disimpan,” sesal nelayan Desa Banyusangkah, Faizul Khabil.
Tidak hanya menguras tabungan, kata Faizul, sebagian besar para nelayan juga harus rela menggadaikan perhiasannya agar dapat tetap bertahan hidup. Sebab tidak ada pilihan lain, karena secara ekonomi sudah tidak ada harapan lain yang bisa digunakan. Mereka banyak yang menganggur. Di tengah-tengah tidak melaut, para petani hanya beraktivitas sebatas memperbaiki jaring yang rusak dan menguras air yang menggenani perahu mereka.
“Ya mau kerja apa lagi, Mas, karena memang tidak memiliki pekerjaan lain. Kami sudah 20 hari tidak melaut. Untuk sehari-hari mengisi kekosongan waktu kami biasanya memperbaiki jaring yang rusak dan nguras air yang masuk ke dalam perahu,” tuturnya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan curah hujan dan angin kencang yang terjadi belakangan ini bukankah puncak dari cuaca ekstrem. Sebab diprediksi puncak angin dan gelombang yang tinggi akan terjadi pada pertengahan bulan Februari mendatang.
“Puncak cuaca ektrem diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari mendatang. Sangat dimungkinkan pada puncaknya, gelombang akan semakin tinggi dan angin juga kencang,” terang Shinta Andayani, prakirawan BMKG Maritim perak Surabaya.