SUMENEP – Sudah sekitar sebulan para nelayan di perairan Kabupaten Sumenep tidak melaut. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena pemerintah belum memberikan bantuan, barang-barang berharga dan perhiasan terpaksa dijual.
Sebagian besar nelayan menggantungkan hidupnya kepada hasil laut. Saat terjadi cuaca ekstrem, mereka tidak bisa bekerja dan secara otomatis penghasilnya terganggu. Saat ini, nelayan lebih banyak menganggur.
“Selama tidak melaut para nelayan lebih banyak menganggur di rumah. Untuk bekerja lain sangat kesulitan. Ya terpaksa jual barang-barang berharga yang kita miliki untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga,” tutur Mulyadi (34) nelayan asal Kecamatan Dungkek.
Menjual barang berharga merupakan tradisi musiman. Namun, katanya, yang sangat ironis ketika cuaca buruk tak kunjung membaik, para nelayan seringkali menumpuk hutang pada rentenir.
“Seharusnya jika kondisi cuaca buruk ada yang memperhatikan, terutama pemerintah, karena nelayan kebanyakan tidak bisa beralih pekerjaan karena kemampuan yang mereka miliki terbatas,” paparnya.
Ia berharap pemerintah memperhatikan nelayan secara serius terutama ketika kondisi cuaca buruk. “Karena mereka tidak bisa mencari penghasilan lain, sehingga kebutuhan hidupnya akan selalu kerurangan,” harapnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan (DKP) Mohammad Jakfar mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan bantuan. ”Untuk banuan itu bukan berada di kami, melainkan di Dinas Sosial. Makanya kami harap ini bisa dibantu,” katanya.
Saat ini jumlah nelayan di Kabupaten Sumenep sebanyak 40200 orang. Dari jumlah itu sampai saat ini masih belum ada yang menerima bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sumenep.
”Pada tahun kemarin beras. Ada hitungannya sendiri dan Dinas Sosial yang mengeluarkan itu. Kami di Dinas Kelautan dan Perikanan yang menyalurkan bantuan itu secara teknis saja,” pungkas.
Dalam laman Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, di Kabupaten Sumenep, kecepatan angin mencapai 45 kilometer/jam. Arah angin dari barat laut.