BANGKALAN – Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Kabupaten Bangkalan menyatakan hasil produksi padi pada musim penen pertama (MP1) tidak terpengaruh oleh sejumlah sawah yang mengalami gagal panen. Sebab gagal panen yang terjadi hanya satu kali dan langsung bisa ditanami kembali, itu pun terjadi di Kecamatan Tanjung Bumi dan Kecamatan Sepuluh. Apalagi curah hujan akhir-akhir ini dalam kondisi normal.
“MP 1 tidak terpengaruh oleh sawah yang terkena dampak banjir dan gagal panen. Sehingga target untuk surplus akan tetap tercapai,” kata Kepala Dispertanak Bangkalan Ir. Puguh Santoso, MMA melalui Kabid Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Geger Heri Susianto, SP, MMA.
Luas lahan pertanian yang tersebar di 18 Kecamatan di Kabupaten Bangkalan mencapai 29 ribu hektare. Lahan tersebut terbagi menjadi 3 jenis lahan pertanian, yakni sawah tehnis, sawah non tehnis, dan sawah tadah hujan. Setiap hektare sawah mampu memproduksi 5 sampai 5,5 ton padi.
Guna mengetahui surplus hasil produksi padi pada MP 1 dengan dikalikan 29 ribu hektare sawah.
“Pada MP1 rata-rata semua lahan pertanian memproduksi padi. Baru pada MP2 dan MP3 poduksi para petani berlainan disesuaikan dengan jenis lahan pertaniannya. Sedangkan sawah non tehnis pada MP1 dan 2 memproduksi padi baru pada MP3 berganti palawija,” jelasnya.
“Kalau sawah tadah hujan hanya memproduksi padi pada MP 1 saja. Sedangkan pada MP2 dan 3 memproduksi palawija. Hal ini dikarenakan kondisi lahanya hanya menggantungkan pada curah hujan,” paparnya.
Untuk itu, Geger mengimbau kepada petani yang sawahnya non tehnis dan tadah hujan, bila ingin memproduksi padi pada MP ke dua saja. Bagi sawah non tehnis sisa memulai bercocok tanam pada bulan ini, karena musim penghujan diperkirakan sampai bulan Juni, sedangkan pada bulan Juli sudah memasuki musim kemarau.
“Setelah panen, petani langsung buat aritan atau semaian bibit padi selama 20 hari, baru pada bulan April bisa ditanam, sehingga pada bulan Juni-Juli bisa panen ke-2,” paparnya.