BANGKALAN – Kondisi lahan kritis rupanya masih mengancam banjir di kabupaten Bangkalan. Jumlah lahan kritis yang ada saat ini mencapai 60 ribu hektare. Jika hal itu terus dibiarkan dipastikan setiap tahun akan bertambah. Terlebih, hal itu berpengaruh terhadap potensi bencana dan banjir.
Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Budi utomo mengatakan bencana banjir dan longsor di beberapa kecamatan dipengaruhi penebangan pohon. Parahnya, pohon yang ditebang tidak diganti dengan pohon yang baru. Otomatis, serapan air saat musim penghujan berkurang. Air tersebut mengalir ke daerah yang lebih rendah, seperti di wilayah kecamatan Blega, Sepulu dan Klampis.
“Banjir yang rutin datang merupakan banjir kiriman dari wilayah yang lebih tinggi yakni Konang dan Geger. Termasuk, banjir di wilayah Sepuluh,” kata Budi.
Menurutnya, dari 60 ribu hektare hutan kritis, tersebar di 18 kecamatan. Upaya yang bisa dilakukan dengan melakukan program penanaman pohon keras di masing-masing wilayah. Terbukti, pada tahun-tahun sebelumnya, wilayah Arosbaya yang menjadi langganan banjir kini kondisinya berkurang. Debit air saat musim penghujan, tidak sampai membuat kecamatan Arosbaya banjir. Hal itu lantaran penanaman pohon keras yang terus digalakkan.
“Dalam penanaman tanaman keras, kita lebih utamakan di sisi pegunungan seperti wilayah Konang Galis, Sepulu, Geger, dan Blega. Itu untuk memperlambat arus banjir yang sering kali melanda,” jelas Budi.
Dia menerangkan, kondisi hutan yang ada masih belum ideal dengan jumlah lahan yang ada. Masih terdapat ancaman banjir, karena lahan serapan sudah banyak berkurang. Termasuk di wilayah perkotaan, ancaman banjir mengintai, sedangkan penerapan aturan pengembang masih kurang. Sebab, banyak lahan yang sudah dijadikan perumahan, tanpa dibarengi dengan penanaman pohon keras.
“Manfaat tanaman keras dalam jangka pendek nyatanya bisa menyerap air dan mencegah banjir. Jangka panjangnya, mempunyai nilai ekonomis,” terangnya.
Dia menjelaskan, penamaman pohon. dilakukan di lahan rakyat. Adapun jenis yang biasa ditanam seperti pohon Jati, Mahoni, Sengon, Damalina (jati putih) dan Akasia. Selain itu, tanaman yang bisa dimanfaatkan yakni tanaman semusim seperti sirsak, durian, jambu merah, mente, dan kelapa.
“Untuk setiap penanaman, kita memberikan bantuan bibit yang dikehendaki kepada kelompok tani.
Pengajuan dari poktan sendiri. Untuk wilayah perkotaan, kita mensiasati dengan pemberian bibit pohon kepada sekolah-sekolah,” ungkapnya.