PAMEKASAN – Pemerhati batik Madura menilai ciri khas batik di wilayah itu mulai bergeser dari motif yang sesungguhnya. Batik Madura cederung terkontaminasi motif yang ada di daerah lain, termasuk hasil produksi perajin batik di Pamekasan. Salah satunya, pemerhati batik Pamekasan, Yayan mengaku sulit menemukan jenis batik yang betul-betul bermotif Madura dan tidak tercampur dengan motif lain. Dari beberapa kios dan stan batik yang ia kunjungi, batik Madura termasuk Pamekasan, rata-rata sudah berkolaborasi dengan motif batik Jawa.
Karakter warna batik Madura cenderung memilih warna berani dan tegas, seperti warna merah, kuning, hijau, serta warna biru. Warna-warna tersebut dihasilkan dari pewarna alami (Soga Alam) seperti mengkudu untuk menghasilkan warna merah, daun tarum untuk warna biru, kulit mundu ditambah tawas juga diambil untuk memberikan efek warna hijau pada kain batik Madura.
Mengenai motif batik merupakan bagian kritikal dari proses pembuatan kain batik sendiri. Karena goresan canting dan gerak tangan pembatik juga melibatkan pikiran dan hatinya, sehingga apa yang tergores pada kain batik menjadi motif yang akan cukup menarik minat pecinta batik.
Yayan menerangkan ragam motif Madura sangat banyak, diambil dari motif tumbuhan, binatang, serta motif kombinasi hasil kreasi pembatik sendiri. Kalau di Pamekasan sendiri motif batik seperti Sekarjagat, Keong Mas, Matahari, Daun Memba (daun mojo) dan Gorek Basi. Beberapa motif batik Pamekasan, yang sudah dipatenkan di Depkumham, seperti Keraben Sapeh, Sakereh, Kempeng Saladerih, Padih Kepa’ dan Manik-Manik.Ciri khas lainnya yg dimiliki dari Batik Madura adalah banyaknya tarikan garis pada satu desain Batik.
Sementara itu, salah satu guru seni rupa dan pedagang batik Pamekasan Sigit Poernomo menyatakan munculnya motif batik Madura yang lepas dari pakem itu karena minimnya sosialisasi dari pemerintah setempat. Sehingga perajin batik cendrung membuat motif sendiri termasuk meniru batik daerah lain.
Menurut Sigit, pakem tersebut hanya disosialisasikan kepada kelompok pengusahanya. Sementara terhadap perajin jarang disentuh. “Motif yang ada adalah motif suka-suka, yakni suka gue suka dia, yang penting laris,” ujarnya.
Sementara itu, Kadarisman Santrodiwirjo, mantan Wakil Bupati Pamekasan menilai koleksi motif batik Pamekasan, sudah terlalu banyak. Tetapi, sedikit yang menyesuaikan dengan pakem batik khas Pamekasan.
Meski demikian, ia mengapresiasi pesatnya centra batik di Pamekasan. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa Pamekasan layak dijadikan penghasil batik Madura terbesar di Pulau Garam itu. “Batik ini budaya leluhur Indonesia yang diakui dunia, sehingga batik harus diwariskan ke generasi penerus bangsa,” katanya.