SAMPANG – Pada demonstrasi hari ketiga, Kamis (26/6), Pandawa Lima menabur bunga di halaman depan lobi utama Kantor Pemerintah Kabupaten Sampang. Aksi teatrikal tersebut sebagai simbol pemerintah di bawah kepemimpinan A Fannan Hasib dan Fadhilah Budiono (Al Falah) telah mati.
Aksi selama tiga hari untuk bertemu bupati dengan mendirikan tenda di kantor Pemkab, aktivis yang terdiri dari Nur Hasan, Moh Salim, Wafi Anas, Zaeinal, dan Abdurrahman, tidak kunjung bertemu Bupati A Fannah Hasib. Mereka hanya ditemui Wabup Fadhilah Budiono dan Sekda Puthut Budi Santoso,
“Kami sebenarnya kecewa dengan Bupati Sampang, selama aksi tiga hari tidak ditemui, sehingga kami melakukan teatrikal sebagai bentuk pemerintah gagal total selama kepemimpinan Al Falah,” ucap korlap aksi, Nur Hasan.
Menurutnya, Pemkab Sampang kurang serius dalam menangani permasalahan. Seharusnya, ketika adanya permasalahan di dalam birokrasi, Bupati menanggapi secepat mungkin. “Jangan hanya diam menemukan permasalahan itu, harus tanggap dan tegas memberikan kebijakan,” jelasnya.
Dirinya juga menyanyangkan terhadap tiga pentolan Pemkab Sampang, yaitu Bupati A Fannan Hasib, Wabup Fadhilah Budiono, dan Sekda Puthut Budi Santoso. Mereka ditenggarai tidak mampu memihak kepada masyarakat. “Kalau mereka pentolan Pemkab Sampang tidak bekerja demi rakyat, lalu buat siapa lagi, apa hanya untuk kepentingan pribadi,” tanyanya.
Moh Salim, anggota aski, menambahkan, penaburan bunga di depan lobi sebagai simbol matinya hati nurani pejabat pemerintah serta matinya tatanan birokrasi di bawah komando A Fannan Hasib dan Fadhilah Budiono.
“Tatanan pemerintahan Sampang amburadul, banyak pengisian jabatan di isi oleh keluarga dekat Sekda, kenapa nepotisme birokrasi Al Falah, makanya kami menganggap Bupati sudah meninggal dunia,” tegasnya.