JAKARTA-Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Siswono Yudo Husodo meminta partai beringin keluar dari koalisi merah putih pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Pasalnya, bergabungnya Golkar di koalisi permanen merupakan kesalahan besar mengingat publik menilai koalisi itu diisi oleh orang orang emosional dan haus kekuasaan. “Saya mendesak DPP Partai Golkar mengevaluasi keputusan untuk mendukung langkah Calon Presiden Prabowo Subianto menarik diri dari proses rekapitulasi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014,” ujar dia di Jakarta, Kamis (24/7).
Menurutnya, keputusan Golkar mengikat diri dalam koalisi permanen salah besar. Hal tersebut mengindikasikan nuansa emosional dan dan haus kekuasaan.
Sehingga, lanjut dia, dukungan terhadap sikap politik Prabowo pun harus ditarik dan segera menerima hasil keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan legowo. Karenanya, Siswono meminta Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal ‘Ical’ Bakrie segera mengucapkan selamat atas kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dan tak perlu ikut-ikutan dalam rencana gugatan hasil pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK),” tuturnya.
Lebih lanjut, dia menyebut Jokowi-JK sebagai a good winner. Ia menggunakan pepatah dalam bahasa Inggris untuk mengapresiasi kemenangan Jokowi-JK. “It’s better to be a good losser than to be a bad winner, and the worse is the bad looser. Pak Jokowi-JK telah menunjukkan diri sebagai a good winner, tetap rendah hati, tidak pesta kemenangan berlebihan. Kita berharap yang lain (Prabowo-Hatta-red) menjadi a good looser,” tegasnya.
Siswono menyampaikan, sikap Jokowi-JK yang tak memanfaatkan kesempatan untuk menjatuhkan lawan, sebagai sikap yang sangat bijak. Untuk itulah dia berharap seluruh kubu Prabowo-Hatta bisa menerima kekalahannya.
Ia juga meminta Golkar menghargai dan mengapresiasi kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Memang seteah KPU menetapkan Jokowi-JK untuk dilantik 20 Oktober, sebagai kader Golkar saya mengharapkan Ketum Golkar segera menyampaikan selamat,” ujar Siswono.
Siswono menyebut, sportivitas sangat penting dalam membangun demokrasi sehat. Kalah-menang, lanjut dia, menjadi hal biasa.
Bahkan politisi senior Golkar ini menganalogikan dengan final Piala Dunia 2014 di mana Jerman-Argentina tetap saling berangkulan, bertukar baju, meski sedang merasakan hal yang kontradiktif. “Pilpres kita sudah selesai, kita harap yang menang juga tidak mabuk kemenangan, tapi yang kalah juga menghormati,” tutupnya
Wakil presiden terpilih, JK, mengaku belum berkomunikasi lagi dengan para petinggi Partai Golkar, setelah pasangan Joko Widodo-JK diputuskan sebagai pemenang pemilihan presiden (pilpres).
Mantan Ketua Umum Golkar itu pun uek dengan pernyataan sikap mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Akbar Tandjung, yang bersikukuh agar Golkar tetap bergabung dengan koalisi Merah Putih. “Itu terserah Golkar lah,” ujar JK sembari tertawa.
Partai Golkar dalam pemilu presiden (pilpres) 2014 mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Keputusan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical itu menyulut protes sejumlah kader.
Setelahnya Ical pun memecat kader yang nekat mendukung Jokowi-JK, antara lain Agus Gumiwang, Nusron Wahid dan Poempida Hidayatulloh.
Pemecatan itu memperbesar gelombang protes terhadap Ical. Kader yang kecewa itu kemudian mengusung wacana percepatan Musyawarah Nasional (Munas), yang mengagendakan pelengseran Ical dari kursi Ketua Umum DPP.