BANGKALAN – Situs peninggalan sejarah merupakan suatu kekayaan dan menjadi kebanggaan suatu daerah. Akan tetapi tidak bagi Kabupaten Bangkalan. Di Kota Salak ini keberadaan peninggalan sejarah yang mengandung sejuta nilai historis tersebut justru tidak terawat dan terkesan kumuh. Tidak terawatnya situs-situs itu dipicu kurang pahamnya masyarakat setemppat dalam menjaga dan merawat benda-benda bersejarah tersebut.
Salah satu dari sekian banyak situs sejarah di wilayah setempat yang tidak terawat adalah benteng Erfprins. Benteng itu merupakan peninggalan kolonial Belanda,yang pernah dijadikan lokasi pertahanan para pejuang kemerdekaan pada masa perang melawan penjajah dahulu. Hingga kini benteng bersejarah tersebut masih tetap berdiri tegak, namun terlihat tidak terawat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Erfprins dibangun pada masa raja Belanda Williams I pada tahun 1817 – 1848. Sayangnya, situs sejarah yang dulunya megah ini, kini terbengkalai dan tak terurus. Lokasi benteng telah menjadi hunian anggota Brimob sejak puluhan tahun yang lalu.
Pada masanya, benteng Erfprins merupakan pusat militer kolonial Belanda di Bangkalan. Di situlah para serdadu kolonial beraktivitas, hingga saat sekutu kalah dalam perang dunia kedua, benteng Erfprins berhasil direbut oleh pejuang kemerdekaan yang ada di Bangkalan. Sejak saat itulah, benteng Erfprins menjadi pusat pertahanan pejuang kemerdekaan.
Akan tetapi situasinya telah berubah drastis, benteng kebanggaan tersebut saat ini justru dijadikan sebagai tembok para pedagang kaki lima (PKL). Mereka berjejer rapi berjualan aneka ragam makanan. Nilai-nilai perjuangan yang penuh pengorbanan tidak lagi bisa terlihat. Hanya pusat perekonomian kecil menengah itulah yang bisa dirasakan.
”Dahulunya, pada masa pemerintahan Bupati Moh. Fatah, benteng tersebut rencananya akan dikosongkan, dan dijadikan sebagai museum , namun rencana tersebut hingga kini tidak terealisasi,” kata Kepala Museum Cakraningrat Bangkalan, Didik Wahyudi.
Menurutnya, tidak banyak warga Bangkalan yang paham situs bersejarah yang pernah dijadikan pusat perjuangan kemerdekaan warga setempat. Sehingga berdampak pada tidak terawatnya benteng tersebut. Masyarakat terlebih pemerintah haruslah memerhatikan keberadaan benteng yang menjadi sejarah kebanggaan itu.
”Di benteng dan di PDAM itu dulunya ada sebuah terowongan yang berfungsi sebagai tempat berlindung warga dan sirinenya pun hingga kini masih aktif,” tandasnya.