SAMPANG- Pasca insiden tabrak lari yang menewaskan Sarmunah (55), warga Dusun Glisgis, Desa Gunung Maddah, Sampang Kota, Sabtu (20/9), tampak terlihat aktivitas truk pengangkut pasir dan batu (sirtu) jenis galian gol C masih memadati Jl Suhadak Gang III Kelurahan Dalpenang, Kecamatan Sampang meski sudah jelas teradapat rambu truk di larang masuk.
Pantauan Koran Madura, di sepanjang Tempat Kejadian Perkara (TKP) lakalantas, begitu jelas dampak yang diakibatkan oleh truk itu, mulai dari perwajahan rumah serta perabotan warga penuh dengan debu sampai menimbulkan ke khawatiran warga akibat lulu-lalangnya truk yang melintas dalam waktu 24 jam.
Bambang Sugiharto (42) warga RW 1 RT 5 Jl Suhadak menuturkan bahwa insiden laka yang menewaskan Sarmunah merupakan kelakaan yang paling miris. Selain itu, Bambang juga mengungkapkan kerugian yang selama ini ditanggung warga akibat keluar masuknya truk. Menurutnya jalan yang hanya selebar kurang lebih tiga meter itu mengakibatkan sejumlah bagian rumah juga menjadi korban senggol dan ambruk.
“Jalan ini kan sempit, masak jalan seperti ini mau dijadikan lulu lalangnya truk sirtu? Apalagi jalanan disini banyak anak kecil yang melintas. Itu yang menjadi kekhawatiran kami di sini. Lain halnya polusi akibat debu yang beterbangan itu juga sangat mengganggu pernafasan dan membuat rumah warga penuh dengan debu. Dalam waktu 24 jam puluhan bahkan ratusan truk bebas keluar-masuk,” ungkapnya kepada Koran Madura, Minggu (21/9).
Lanjut Bambang, tidak hanya ramai dengan truk pengangkut material saja, menurutnya saat ini lalu lalang kendaraan pengangkut air tidak kalah ramai. Jika truk hanya beroperasi dari pagi sampai lepas magrib, kendaraan pengangkut air beroperasi tanpa henti selama 24 jam sebab di lokasi tersebut terdapat sumber milik PDAM dan juga swasta.
“Plang itu sudah dipasang sebelum bupati sekarang (A Fannan Hasib) yang melarang truk bebas keluar-masuk melalui jalan ini. Dan jika ingin masuk, truk diperbolehkan hanya menggunakan satu arah, yaitu truk dapat keluar dari Desa Gunung Maddah melalui Jalan Suhadak Kelurahan Dalpenang, namun dilarang masuk ke lokasi penambangan di Desa Gunung Maddah dari jalan itu,” tuturnya.
Selain itu menurutnya, adanya aturan yang ingin memeberlakukan satu arah di jalan itu ditentang habis-habisan oleh warga yang ada di Desa Gunung Maddah yang notabene memliliki kepentingan dengan penambangan galian C. Mereka menginginkan truk tetap dapat keluar masuk dari dua arah. Sementara warga yang di Barat (Kelurahan Dalpenang) menginginkan agar diberlakukan ketentuan pembolehan dari satu arah saja. ”Warga disini tidak hanya pasrah. Dulu warga dari timur melakukan demo ke RT-RW bahkan mengancam warga sini. Sekarang warga menunggu ketegasan Pemkab,” imbuhnya.
Solehuddin (30) warga Gunung Maddah 1 yang kontra diberlakukannya jalan satu arah mengaku akan menutup jalan itu manakala pelaku yang menabrak Sarmunah masih belum ditemukan. ”Tapi saat ini pelaku yang telah menabrak lari Sarmunah telah menyerahkan diri, jadi warga kampung di sini mengurungkan niatnya dan tetap pro jalan ini diberlakukan dua arah,” katanya. “Masih untung pelaku menerahkan diri, jadi warga di sini mengurungkan niatnya. Maka truk tetap beroperasi keluar masuk dua arah.”
Sementara Kepala Dinas Perhubungan dan Komunikasi dan Informasi Ali Wafa saat dikonfirmasi melalui selulernya hanya menyampaikan, “Maaf mas, konfirmasi ke Fadli saja,” singkatnya. Kabid Hubungan Darat Dinas Perhubungan, Komuniasi dan Informasi Fadeli saat dihubungi tidak bisa dikonfirmasi, sampai berita ini di tulis pukul 18.43 WIB nomor teleponnya tidak aktif. MOHAMMAD MUHLIS/LUM