PAMEKASAN – Kekerasan yang menewaskan siswa SMK Negeri 1 Pamekasan menjadi pelajaran tersendiri bagi Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Pamekasan. Disdik mengimbau sekolah agar memasang Close Circuit Television (CCTV).
Tujuan dipasangnya CCTV itu tidak hanya mengantisipasi adanya kekerasan antar siswa, melainkan juga dijadikan alat untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar, serta sistem mengajar yang digunakan oleh guru dalam setiap kelas.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Disdik Pamekasan, Moh. Tarsun mengaku sudah menghimbau sekolah untuk melengkapi setiap sudut sekolah dengan CCTV. Upaya ini akan diseriusi saat pertemuan dengan Anggota Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), baik SMP, SMA, SMK.
Menurut Tarsun, sudah ada beberapa sekolah yang sudah memiliki CCTV, seperti SMP Negeri 2 Pamekasan, dan sejumlah sekolah lainya juga berencana akan melengkapi dengan CCTV.
Lebih lanjut diterangkan, keberadaan CCTV memang sangat dibutuhkan oleh sekolah dalam berbagai hal. Termasuk dalam pelaksanaan kegiatan ujian nasional ataupun ujian sekolah untuk menghindari nyontek siswa.
Pemasangan CCTV di sekolah tersebut sebagai salah satu upaya mengawasi anak, selain pengawasan langsung dari para guru, pengawasan juga bisa dilakukan oleh kepala sekolah.
Sementara, Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Disdik Pamekasan Prama Jaya mengaku belum bisa memberikan komentar lebih jauh akan kebijakan pemasangan CCTV tersebut. Dan memasrahkan sepenuhnya kepada Kepala Dinas Pendidikan Pamekasan, Yusuf Suhartono.
Upaya Disdik ini mendapat dukungan dari salah satu orang tua siswa Fathorrosi Warga Murtajih Pademawu. Menurutnya, dengan adanya CCTV itu ia akan merasa tenang karena anaknya bisa terpantau dari tindak kekerasan oleh siswa lainya, atau sebaliknya.
Selain itu Fathorrozi meminta kepada guru untuk melaksanakan tugasnya, tidak hanya menyelesaikan tugas sebagai seorang pengajar tetapi juga harus mendidik siswa ke arah yang lebih baik.
Sementara itu pengamat pendidikan Madura, Maskuroh menyatakan kekerasan siswa yang kerap dilakukan siswa, lebih disebabkan karena pelaku kekerasan kurang mendapat bantuan pola pikir saat masa perkembangannya, baik dari orang tua maupun di lingkungan sekolah.
Perempuan yang juga Pembantu Rektor III STAI Hisbut Thullab Sampang ini menambahkan anak-anak itu ibarat seperti kertas putih yang bersih, yang akan siap untuk digores. Jika goresan itu tidak bagus, kertas itu sendiri akan rusak. Begitu juga dengan korban, tidak mengetahui apa yang harus dia lakukan ketika kawan-kawannya melakukan kekerasan terhadapnya.
Ke depan, orangtua perlu memperhatikan dan memberikan penanaman akhlak kepada anaknya. Kemudian guru dan lingkungan sekolah juga memberikan contoh yang baik, sehingga anak merasa malu jika melakukan kegiatan yang tidak baik.
FAKIH AMYAL/UZI/RAH