SUMENEP – Kinerja Badan SAR Nasional (Basarnas) yang bertugas mencari korban PLM Mutiara Indah (versi lain PLM Jabal Nur) yang tenggelam beberapa waktu lalu di perairan Banyuangi dikeluhkan masyarakat. Bahkan, Basarnas dituding tidak profesional dalam menjalankan tugasnya.
Sekretaris Desa Brakas, Kecamatan/Kepulauan Raas, H. Suparwi menuding Basarnas yang ada di Kepualauan Raas tidak profesional. Salah satu indikasinya, dari sekian banyak korban yang telah ditemukan, hanya sebagian kecilnya saja yang dievakuasi oleh Basarnas. Itupun, katanya, informasi awalnya dari para nelayan setempat.
Selain itu, kata H. Suparwi, Basarnas juga tidak mau ambil resiko. Pasalnya, hanya angin sedikit, Basarnas sudah menghentikan pencarian korban. Sehingga, imbuhnya, korban masih banyak yang tidak ditemukan sampai saat ini. “Sekarang angin ke arah barat. Tapi Tim SAR hanya melakukan pencarian di sekitar sini. Kapan ketemunya?,” kata Suparwi beberapa waktu lalu.
Suparwi menambahkan, ketidakprofesionalan Basarnas terlihat dari cara mereka melakukan pengambilan mayat korban. Cara Basarnas mengambil korban, menurutnya, sama sekali tidak mencerminkan seorang profesional. Padahal, imbuhnya, jika memang profesional, seharusnya Basarnas tidak jijik terhadap jasad korban.
Lebih lanjut, ia berharap agar Basarnas bisa profesional dalam bekerja. Sehingga, para nelayan tidak perlu turun tangan membantu pencarian. Pasalnya, menurut Suparwi, fasilitas yang dimiliki nelayan hanya seadanya. Bahkan, untuk biaya oprasional, nelayan harus mengeluarkan biaya sendiri. “Kalau Basarnas itu, kan, sudah anggarannya?,” kesalnya.
Selain Suparwi, warga Kepulauan Raas lainnya, Fauzi juga mengaku kecewa dengan kinerja Basarnas. Ia menuding Basarnas lamban dalam menjalankan tugasnya. Pantauan Koran Madura beberapa waktu lalu, Fauzi sempat bersitegang dengan salah seorang dari Basarnas saat hendak mengevakuasi korban yang ditemukan di Perairan Dusun/Pulau Pajangan, Desa Sonok, Kecamatan Nonggunong, Kabupaten Sumenep, Sabtu (11/10).
Pasalnya, Fauzi mengaku naik pitam melihat Basarnas yang tidak langsung menuju lokasi penemuan mayat. Basarnas, kata, Fauzi, waktu itu terlalu banyak berkoordinasi. “Bahkan saat saya minta pihak Basarnas untuk segera menuju lokasi penemuan korban, mereka mengaku masih membuka baut. Masak membuaka baut saja segitu lamanya,” kesalnya.
Sementara itu, dari pihak Basarnas saat itu mengaku sudah bekerja sesuai dengan apa yang bisa mereka lakukan. Pihaknya meminta masyarakat tidak cepat mengambil kesimpulan tentang kerja Basarnas. Semaksimal mungkin, katanya, pihaknya akan terus melakukan pencarian sesuai dengan cara mereka. “Seandainya kami tidak koopratif, kami tidak mungkin jauh-jauh datang ke sini,” katanya kepada Fauzi waktu itu.
Kemarin, Basarnas melanjutkan pencarian korban perahu yang masih belum ditemukan. Agenda wilayah pencarian tim Basarnas akan bergerak ke wilayah Pulau Sapudi dan perairan utara Pulau Raas.
Dari 51 (Kepala Desa Brekas, Raas, ke Polres Sumenep melaporkan 52) penumpang kapal yang hendak mengantarkan Ahmad (22), warga Pulau Raas melangsungkan akad nikah dengan Saimah di Pemuteran, Buleleng, Bali, 21 orang belum ditemukan. FATHOL ALIF/AHMAD SAI/MK