SUMENEP – Sungguh berat cobaan yang menimpa pasangan suami istri (pasutri) Mani (40) dan Muksan (50), warga Dusun Bates Timur, Desa Ellak Daya, Kecamatan Lenteng. Pasangan keluarga miskin (gakin) yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani, melahirkan anak kelimanya dengan kondisi tubuh cacat.
Bayi yang dilahirkan Mani pada Jumat (26/9) sekitar pukul 21.30, mengalami cacat fisik di bagian duburnya, bayi tersebut lahir dengan kondisi anus tidak berlubang. Akibatnya bayi yang masih berusia lima hari itu, sering menangis dan muntah-muntah karena perutnya kembung dan tidak bisa buang air besar.
“Sejak kemarin anak kami selalu menangis menjerit-jerit, setelah kami lihat ternyata perutnya kembung, anak kami baru bisa diam bila ia muntah-muntah,” kata Mani (40), ibu bayi tanpa anus yang masih belum diberi nama.
Mani mengaku tidak tega bila mendengar tangis anaknya yang selalu menjerit-jerit, bahkan terkadang ia larut dan ikut menangis mengiringi tangis anak kelimanya. Sementara kondisi tubuh anaknya semakin hari semakin lemah.
Sedangkan untuk membawa anaknya operasi, ia mengaku tidak berdaya tidak punya biaya. “Saya ikut menangis meronta-ronta, tangis saya semakin menjadi bila melihat perut anak saya kembung,”sambungnya.
Sementara Muksan ayah bayi tanpa anus itu, hanya bisa menatap terhadap kondisi anaknya. Ia mengaku sama sekali tidak punya biaya untuk menjalani operasi pembuatan anus. Muksan memaparkan, jangankan untuk mengoperasi anus, anak kelimanya, untuk makan sehari-hari saja kekurangan, karena ia hanya seorang buruh tani.
“Saya pasrah aja sama yang maha kuasa, kalau dia memang ditakdirkan hidup maka ia akan hidup, habis mau gimana lagi kalau kondisi ekonomi keluarga kami seperti ini,” timpal Muksan memelas.
Disinggung mengenai pengobatan anaknya yang membutuhkan biaya banyak, Muksan hanya menggeleng. Namun ia tidak mau buah hatinya meninggal karena tidak memiliki anus. Jika ada para dermawan yang siap membantu biaya operasi anaknya, pihaknya tidak akan menolak, pihaknya akan bersyukur dan berterima kasih.
“Bila ada dermawan yang mau bantu biaya operasi anak saya, sungguh itu merupakan mukjizat bagi keluarga kami. Meskipun anak kami sudah empat dan lima dengan yang ini, kami tetap tidak mau kehilangan anak ini,” pungkasnya.
Informasi yang berhasil dihimpun Koran Madura, bayi cacat tersebut lahir normal pada hari Jumat (26/9) sekitar pukul 21.30 di rumahnya. Namun karena duburnya tidak berlubang, bayi tersebut dibawa ke rumah sakit daerah (RSD) untuk mendapat perawatan medis. Namun karena tidak ada biaya, bayi tersebut dibawa pulang paksa oleh keluarganya, Senin (29/9), karena sudah tidak memiliki biaya untuk beli obat.
Pihak keluarga mengaku bayinya sempat ditolak pihak rumah sakit, lantaran peralatan yang ada di rumah sakit tidak memadai. Rumah sakit menyuruh membawa bayi tersebut ke Surabaya untuk dioperasi, tapi karena pihak keluarga, kini bayi malang itu dirawat di rumahnya.
Sementara Kasi Informasi RSD dr Moh Anwar Sumenep, Laos Susantina, mengaku baru mendengar informasi ada bayi tanpa anus masuk rumah sakit. “Kami baru tahu informasi itu dari sampeyan sekarang, sebelumnya kami tidak mendapat laporan ada bayi tanpa anus masuk rumah sakit,” katanya.
Disinggung soal penolakan perawatan bayi tersebut oleh pihak rumah sakit, pihaknya membantah hal itu. Menurutnya, kemungkinan petugas rumah meminta persetujuan keluarganya untuk dirujuk ke rumah sakit di Surabaya, karena peralatan medis di rumah sakit Sumenep tidak memadai untuk pasien dengan cacat tubuh tanpa anus tersebut.
“Tidak mungkin petugas disini menolak pasien yang mau berobat, bisa saja petugas menyarankan pihak keluarga agar dibawa ke Surabaya untuk dioperasi, namun oleh pihak keluarga ditafsiri ditolak,”imbuhnya.
Menurutnya banyak pertimbangan yang dilakukan para dokter dalam mengobati pasien, apalagi pasiennya yang masuk kemarin terbilang langka dan baru kali ini. Sehingga dokter menyarankan pihak keluarga membawa bayi tersebut ke Surabaya, atau ke rumah sakit lain yang pralatan medisnya lebih lengkap. (JUNAEDI/MK)