SAMPANG – Penyelesaian konflik horizontal (berdampak tehadap relokasi warga Syiah ke Sidoarjo) yang terjadi di Sampang sepertinya menemui jalan buntu. Pasalnya, hingga saat ini, rekonsiliasi yang dilakukan oleh beberapa pihak, termasuk pemerintah setempat selalu gagal. Bahkan Pemkab mulai kehilangan akal.
Wakil Bupati Sampang, Fadhilah Budiono mengaku kalau pihaknya pesimis dalam menyelesaikan konflik tersebut. Bahkan ia mengaku bergantinya Presiden RI pun tidak akan berpengaruh terhadap konflik tersebut. “Sebab korban Syiah tidak mau kembali ke ajaran ajaran ahlusunah wal jamaah, seperti permintaan para warga di kampung halamannya dulu,”ucapnya.
Pesimisme Fadhilah bukan tanpa alasan. Kata Fadhilah, menyelesaikan konflik tersebut sangat berat. Di satu sisi, warga di kampung halamanya meminta kepada korban relokasi agar mereka kembali ke ajaran Aswaja, baru akan diterima sebagai sebagai warga setempat. “Tetapi mereka tidak, bahkan mereka akan tetap ada di Sidoarjo daripada dipaksa keluar dari ajaran yang mereka yakini. Inilah salah satu alasan kenapa beberapa solusi yang dilakukan pemerintah selalu gagal,” jelasnya.
Sehingga, hal demikian berimbas terhadap upaya pemulangan pengungsi Syiah Sampang yang saat ini berada di rusunawa Puspa Agro Sidoarjo ditolak mentah mentah oleh warga kampung halamannya sebelum kembali ke ajaran yang benar. “Oleh karena itu, saya pesimis akan hal itu,”jelasnya.
Sementara itu, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Abd. A’la sekaligus kordinator Tim Rekonsiliasi pasca konflik Syiah beberapa waktu lalu, mengatakan bahwa faktor pendidikan yang di bawah rata-rata juga menjadi kendala rekonsiliasi ini. “Ini sama halnya ketika kerusuhan di Kabupaten Sambas, Kalimatan Barat. Salah satu kendala upaya rekonsiliasi adalah tingkat melek aksara di kawasan itu sangat rendah,” ujarnya. RYAN HARIYANTO/SYM