
SUMENEP – Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sayyid Yusuf Kecamatan Talango, Zainal mengatakan akan mengeluarkan Faridah Maslukiyah atau yang akrab disapa Luluk (14) dari madrasah.
Ia menegaskan dikeluarkannya Luluk tidak ada kaitannya dengan kaburnya dari rumah. Murid yang baru sekitar sebulan mutasi itu akan dikeluarkan dari madrasah karena selama ini se-ring tidak masuk dengan tanpa alasan yang jelas.
”Secara aturan, kalau sudah 15 kali tidak masuk, maka pihak sekolah akan mengembalikan kepada orangtuanya. Luluk memang lama tidak masuk sekolah,” tegasnya saat ditemui awak media, Selasa (26/5).
Katanya, madrasah bukan tidak mau menerima Luluk kembali mengenyam pendidikan di madrasah yang dipimpin. Hanya saja semenjak pindah dari mad-rasah asalnya, hingga saat ini tidak ada perkembangan yang signifikan, utamanya dari segi moral.
”Bukannya saya tidak kasihan, tapi saya tidak sanggup lagi mendidiknya. Sehingga, saya anjurkan kepada orangtua Luluk, apabila ditemukan agar diasramakan saja di salah satu pesantren saja. Karena kalau di pesantren pengawasannya lebih ketat, sehingga aktivitas sehari-hari mudah untuk di pantaunya,” sarannya.
Sekitar sebulan yang lalu Luluk dipindah dari MTs Al Ma’arif untuk tidak berhubungan dengan guru bahasa Inggrisnya yang diduga telah menjadi pa-carnya. Murid kelas VIII itu sejak delapan hari yang lalu hilang diduga dibawa kabur gurunya.
Luluk menghilang dari rumahnya pamit mau pergi ke mad-rasah. Sekalipun keluarganya telah melapor ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sumenep, namun hingga saat ini belum ditemukan.
Sementara Kepala MTs Al Ma’arif, Desa Gapurana, Kecamatan Talango, Sunahmanto, belum bisa dikonfirmasi terkait sanksi yang akan diberikan terhadap salah satu guru yang diduga membawa kabur Luluk.
Tuduhan orang yang membawa kabur Luluk menjurus kepada guru bahasa Inggrisnya di MTs Al Ma’arif karena pernah ‘menembak’ Luluk. ”Dua bulan lalu, Luluk memang pernah mendatangi rumah gurunya di Dusun Kuntong, Desa Cabbiye. Nah akibat kejadian itu, Luluk kami pindahkan ke sekolah lain,” kata Mas’ud (45), paman Luluk, Senin (25/5).
Setelah Luluk pindah madrasah, hubungan keduanya sempat terputus. Dan guru bahasa Inggris itu sempat pergi ke Jakarta untuk menemui saudaranya. Namun yang bersangkutan hanya satu bulan berada di Jakarta, karena diminta pulang oleh pihak madrasah lantaran ada pemberkasan guru sertifikasi.
Ceritanya, mendengar kabar kepulangan guru itu, semangat belajar Luluk menjadi menurun. Ia jarang masuk sekolah meski pamitnya ke orangtuanya mau belajar. ”Sejak gurunya pulang dari Jakarta, semangat belajar Luluk menurun, bahkan ia jarang masuk sekolah sebagaimana pemberitahuan dari pihak sekolah,” ungkapnya.
Dugaan hubungan cinta Luluk dan guru bahasa Inggrisnya bermula pada bulan Februari lalu. Waktu itu, Luluk dikasih hadiah ponsel. Setelah menerima pemberian tersebut, Luluk sempat sakit dan sering jatuh pingsan. Ketika sadar, ia selalu menyebut nama guru bahasa Inggrisnya yang pernah memintanya untuk menjadi pacarnya pada 2014 lalu.
Permintaan gurunya sempat ditolak, karena Luluk masih mau melanjutkan pendidikannya. Lagi pula waktu itu Luluk masih duduk di bangku kelas VIII MTs, sehingga merasa tidak pantas untuk berpacaran.
Tapi karena tekad kuat dari gurunya yang ingin menjadi pacarnya, ia diberi hadiah. Hati Luluk menjadi luluh setelah menerima pemberian ponsel dari gurunya. Dari yang semula hati-nya tidak cinta, hati Luluk menjadi sangat sayang dan selalu ingin menemuinya.
(JUNAEDI/MK)