
PROBOLINGGO – Beredarnya beras yang di duga terbuat dari plastik membuat warga di Kota Probolinggo ikut resah. Sebagian warga beralih menggunakan beras lokal sehingga membuat omzet pedagang beras meningkat drastis.
Warga yang menggunakan beras impor kini merasa resah. Namun sejumlah pedagang di pasar tradisional, seperti Pasar Baru, Wonoasih, Kronong, Ketapang, dan Randupangger Kota Probolinggo mengaku omzet penjualan mengalami peningkatan.
“Biasanya saya laku menjual lima ton beras dalam sehari. Sekarang justru bisa menjual lima belas ton sehari. Ini hikmah beredarnya beras sintesis,”ujar Rosi, pedagang beras jalan Cut Nyak Dien, Pasar Baru Kota Probolinggo, kepada wartawan, Senin (25/5).
Ia berharap agar pemerintah meningkatkan pengawasan terhadap beras yang masuk dari luar Kota Probolinggo, karena sangat berdampak pada pembelian beras dari masyarakat. “Selama seminggu ini warga yang ingin membeli beras lebih berhati-hati dan bertanya keberadaan beras plastik, karena pembeli khawatir salah membeli beras,”tandas Rosi.
Pedagang lainnya, Edi Susanto, , mengaku mengetahui beras plastik dari pemberitaan di televisi. Kabar itu, membuat pedagang beras dan konsumen pun khawatir. “Para konsumen banyak yang menanyakan menanyakan beras tersebut. Dan kami pun belum memahami beras sintetis itu seperti apa bentuknya,”katanya.
Harapannya pemerintah melakukan langkah antisipasi dengan meningkatkan sosialisasi atau penyuluhan terhadap para pedagang beras, termasuk masyarakat. Seharusnya pemerintah langsung melakukan sidak dan sosialisai kepada para pedagang ataupun konsumen.
“Kami dari para pedagang bisa mengetahui bentuk beras tersebut. Supaya kami bisa membedakan mana beras asli dan mana beras palsu. Kalau sekarang kan masih pada bingung,”pinta Edi Susanto.
Begitu juga, Buati, pedagang beras di Pasar Kronong, mengatakan, isu beras plastik belum berdampak pada penjualan beras. Apalagi beras plastik itu hanya beredar di kota-kota lainnya.“Untuk saat ini masih normal-normal saja. Tapi tetapa saja saya pun khawatir dengan adanya isu itu. Khawatirnya beras sintetis tersebut memberikan dampak kepada para penjual sehingga membuat konsumen resah,”terangnya.
Menyikapi hal itu, Pemerintah Kota Probolinggo melalui Diskoperindag belum juga turun langsung memonitor peredaran beras di sejumlah pasar tradisional. Hal ini terbukti belum adanya komplain atau keluhan dari konsumen yang biasa membeli beras.
“Penjualan beras pun tidak mengalami penurunan akibat adanya isu tersebut. Insyaallah secepatnya akan melakukan sidak bersama SKPD terkait, seperti Disperta, Dinkes, Satpol PP, dan Bulog,”ucap Sugeng Riyadi, Kabid Perdagangan Diskoperindag Kota Probolinggo.
Pengawasan ke pasar-pasar tradisional ini, kata Sugeng Riyadi, merupakan antisipasi pemerintah dalam menjamin keamanan beras yang dikonsumsi masyarakat. Sejauh ini, pihaknya belum melaksanakan sidak kelapangan untuk meredam keresahan bagi sebagian masyarakat.
“Kota Probolinggo dipastikan aman dari beras sintesis, sebab hal ini kita bisa lihat dari jalur supplay beras. Para pedagang kita mengambil beras yang sudah bermitra bertahun-tahun, kita juga tekankan ke pedagang kalau memang ada perkembangan harap di koordinasikan kepada kami,” tuturnya.
Pihaknya sendiri belum mengetahui secara pasti mengenai ciri-ciri dari beras sintesis. Hanya saja untuk membedakannya bisa saja dilihat atau dibakar, apabila meleleh maka itu beras plastik. “Tapi yang dikhawatirkan di sini ada beras oplosan yang dicampur antara beras asli dan beras sintesis, ini sulit kita awasi,”papar Sugeng Riyadi.
(M. HISBULLAH HUDA)