
BANGKALAN, koranmadura.com – Sebanyak 107 desa di 17 kecamatan di Kabupaten Bangkalan terancam kekeringan. bersih. Banyaknya desa yang terancam kekeringan itu, diperkirakan jumlahnya bisa semakin bertambah, karena Juli merupakan awal musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung lama hingga November 2015 mendatang. Karena itulah, sejak dini perlu antisipasi terhadap dampak kemarau 2015, terutama bantuan pangan dan air
Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangkalan telah menginventarisir daerah potensi kekeringan. Tiga kriteria diberikan kepada desa-desa yang berpotensi terhadap kekeringan, yang setiap tahunnya menjadi langganan krisis air bersih.
”Pendataan awal telah kita lakukan. Sekitar 107 desa berdasarkan tiga kriteria yang potensi terhadap kekeringan. Namun masih data tahap awal,” kata kepala BPBD Bangkalan, Wahid Hidayat, Rabu (29/7).
Ada tiga kriteria yang diterapkan pada daerah yang dilanda bencana kekeringan, yaitu kering kritis, kering langka, dan kering langka terbatas. Data rawan kekeringan bisa terus bertambah, mengingat survei di lapangan masih berlangsung. Di antaranya dengan memantau langsung kawasan yang dianggap membutuhan air atau bahkan kebutuhan pangan.
Dia menjelaskan, ada 9 desa yang dikategorikan kering kritis. Dalam artian masyarakat setempat perlu menempuh jarak di atas 2 kilometer untuk mencari air bersih. Kemudian kering langka sebanyak 59 desa, masyarakat desa butuh jarak tempuh satu setengah kilometer ke lokasi air bersih. Terakhir, kering langka terbatas sebanyak 39 desa dengan jarak tempuh sampai 1 kilometer menuju sumber air.
Sementara itu, sedikitnya ada 5 desa yang mengalami kekeringan air bersih di Kecamatan Klampis, yakni Desa Lergunung, Buluk Agung, Bantian, Bregeng, dan desa Penyaksagan. Dari kelima desa ini, warga Desa Penyaksagan yang paling parah mengalami kekeringan.
Warga pun harus rela berjalan cukup jauh untuk mendapatkan air bersih. Selama musim kemarau memang cukup menyiksa bagi warga setempat. Bagi warga yang kurang mampu, mereka hanya bisa menunggu bantuan air bersih dari pemerintah. Sementara warga yang memiliki uang lebih, bisa membeli air lewat mobil tangki.
“Kami harus berjalan sejauh 3 km lebih untuk mendapatkan air bersih. Saat ini kami hanya bisa menunggu bantuan air dari pemerintah,” keluh warga Penyagsagan, Moh Hasan.
Camat Klampis, Abdul Hadi saat dikonfirmasi mengakui bahwa Desa Penyaksagan memang tidak mempunyai sumber mata air saat musim kemarau. Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya tengah mengusulkan bantuan beberapa tandon tempat penampungan air pada Pemkab Bangkalan.
”Sudah diusulkan untuk bantuan tandon pada gelar rapat instansi terkait di Pemkab Bangkalan. Semoga bisa terwujud,” ujarnya, penuh harap.
(MOH RIDWAN/RAH)