PROBOLINGGO, koranmadura.com – Meski pemerintah akan menggelar sidang isbat pada 16 Juli untuk menetapkan1 Syawal atau lebaran tahun ini, namun penganut paham Alif Rabo Wage (Aboge) sudah menetapkan 1 Syawal akan Jatuh pada Minggu Wage (19/7) mendatang.
“Kami tidak akan berpengaruh kepada ketetapan sidang sibat yang akan digelar pemerintah untuk menetapakan 1 Syawal 1436 Hijriyah tahun ini. Karena pihaknya sebagai penganut paham itungan Jawa Kuno atau lebih dikenaldengan aboge sudah mempunyai kalender khusus dalam sehari-harinya,” kata salah satu tokoh Aboge asal Desa Sumbersuko Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo, Kiai Rasuli, kepada wartawan, Selasa (14/7).
Ia menjelaskan, untuk aboge akan melakukan shoat idul fitrih pada hari Minggu Wage atau bertepatan dengan tanggal (19/7) besok.Sehingga pada saat pemerintah sudah menetapkan lebaran maka dirinya dan pengikutnya akan tetap menjalankan puasa.“Jadi sebelum hari tersebut dirinya akan tetap berpuasa seperti hari biasanya,”tandas Kiai Rasuli.
Dalam setiap tahunnya, kata Kiai Rasuli, aboge sudah bisa menetapkan kapa awal bulan untuk puasa dan kapa untuk 1 Syawal lebaran. Bahkan juga bisa mengetahui untuk ramadan dan lebaran tahun depan.“Semua perhitungan tentang bulan dirinya memang sudah memiliki hitungan tersendir,” jelasnya.
Ketika ditanya tentang kitab yang menerangkan tentang hitungan aboge tersebut. Kiai rasuli mengatakan untuk penghitungan tersebut akan diketahui dengan mempelajari kitab primbon kuno.Karena dddaaalam kitab tersebut sudah diterangka secara jelas tentang hitungan bulan.“Kami sudah memulai tradisi tersebut sudah mulai dahulu atau turun temurun dari ayah saya,” katanya.
Terpisah, Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo, Abdul Hadi, mengatakan untuk penetapan awal bulan seperti biasanya pihaknya tetap menggunakan metode rukayatul hilal dalam menetukan awal puasa dan satu Syawal.“Kami tetap akan mengaju hasil keputusan sidang hisbat. Apapun keputusannya maka NU akan mengikutinya,”jelasnya.
Pihaknya tetap menjaga kesatuan dan persatuan. Meski dalam penentuan lebaran mamsih ada perbadaan. Oleh karena itu jika ada sebuah perbedaan jangan sampai menjadi persoalan.”Yang penting lebaran bisa berjalan dengan aman tanpa ada permasalahan diantara umat Islam,”papar Abdul Hadi.
(MAHFUD HIDAYATULLAH)