PROBOLINGGO, koranmadura.com – Menghadapi lebaran tahun ini petani cabe rawit di wilayah Kabupaten Probolinggo, bisa tersenyum manis. Sebab harga jual cabe rawit mulai meningkat sejak dua minggu kemarin. Dalam perkilogramnya harganya tembus Rp 30 ribu.
“Saat ini harga cabe rawit ada kenaikan harga. Naiknya disebabkan banyak permintaan dari masyarakat menyambut lebaran. Jadi harganya jualnya untuk saat ini masih normal,” tegasnya, Saiful (35) petani cabai kepada wartawan, Senin (13/7).
Ia menjelaskan, untuk tanaman cabai rawit di wilayah Kabupaten Probolinggo belum memasuki musim panen. Sebagian besar petani masih melakukan penanaman. Secara otomatis harus bisa memenuhi kebutuhan pasar dengan mencari cabai rawit keluar daerah.
“Saya sering mengambil cabai rawit dari daerah Besuki Situbondo, sebab petani cabe disana sudah banyak yang menanamnya sejak tiga bulan kemarin. Jadi tanamannya mulai berbuah,”tandas Saiful.
Sebelumnya harga cabai rawit, kata Saiful, bertahan diharga Rp 12 ribu perklogramnya dari harga petani. Kemudian dipasaran dengan harga 13-15 perkilogramnya. Saat ini harga cabai rawit lonjakannya cukup meningkat yakni harganya mencapai Rp 27-28 ribu perklogramnya ditingkat petani.
“Stok cabai rawit masih minim sedangkan permintaan akan kebutuhan cabai meningkat jelang hari raya besok,” ucapnya.
Safrudin (45), salah satu petani cabai asal Desa Kropak Kecamatan Bantaran, Kabupaten Probolinggo, mengatakan daerahnya merupakan penghasil cabai rawit. Saat ini tanaman cabai rawit petani masih kecil. Sebab petani masih baru saja menanamnya.” Kemungkinan dalam dua atau tiga bulan mendatang cabai rawit mulai bisa dipanen buahnya,’ katanya.
Selain itu, harga cabai rawit sudah meningkat. Dia berharap dengan meningkatnya harga tersebut bisa bertahan sampai hasil cabai petani panen.”Seperti tahun lalu banyak petani yang menikmati keuntungan . Lantaran harganya cabe tembus Rp 80 ribu perkilogramnya,”pintanya.
Begitu juga cabai rawit harganya juga sempat anjlok pada tahun 2014 kemarin dengan harga terendah Rp 4 ribu perkilogramnya. Sehingga petani enggan untuk memanennya lantaran biaya panen tak sebanding dengan perolehan harga jualnya. “Jadi banyak buah cabai yang dibiarkn busuk di sawah petani saat harga turun,” papar Safrudin.
(MAHFUD HIDAYATULLAH)