
PROBOLINGGO, koranmadura.com – Apresiasi terhadap museum dan pekerjaan di bidang sejarah saat ini masih sangat rendah. Agar bisa dinikmati publik, museum Probolinggo di jalan Soeroyo dan Museum dr, Saleh di jalan dr. Saleh membutuhkan menejemen pengelolaan profesional sehingga bisa memanfaatkan semua potensi secara maksimal.
“Sebagian besar dari museum kita belum dikelola profesional sehingga potensi belum dapat dimanfaatkan maksimal. Masyarakat lebih tertarik berkunjung ke mal dibandingkan dengan ke museum,” kata Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Sekretariat Kota Probolinggo, Budi Krisyanto, kepada sejumlah wartawan, Selasa (14/7).
Ia menjelaskan museum Probolinggo dan dr Saleh sebagai destinasi wisata yang berbasisbudaya. Selama ini Kota Probolinggo tidak mempunyai sumber daya alam (SDA), sehingga warga kota tidak bisa menikmati destinasi wisata. Begitu juga warga dari luar ada keinginan untuk singgah menikmati keanekaragaman budaya.
“Untuk melihat Kota Probolinggo merupakan potensi luar biasa menjadi kota tua teridentifikasi sebagai destinasi wisata, seperti pelabuhan tanjung tembaga hingga markas Kodim 0820,”tandas Budi Krisyanto.
Banyaknya keluhan dari pengunjung mencakup kawasan penanganan kebersihan lingkungan museum selama ini petugas tidak sigap menanganinya sehingga sering terlihat penumpukan sampah. Selain itu, komitmen penjual di area museum yang boleh berjualan disebelah selatan bukan di dalam area museum.
“Pengunjung tidak serta merta mendapat penjelasan, dan jam berkunjung tidak dibatasi sehingga akan mengganggu kenyamanan pengunjung.Terkesan menejemen pengelolaan museum Probolinggo dan dr Saleh Kota Probolinggo tidak profesional,”ucapnya.
Slamet (40) salah satu pengunjung museum Probolinggo, mengatakan pengelolaan museum belum berjalan maksimal. Buktinya, meski lokasi pusat cagar budaya itu berada di jantung kota, namun minat masyarakat untuk mengunjungi museum tersebut sangat minim.
“Saya menilai, jika dikelola dengan baik museum bisa memiliki nilai jual. Apalagi Kota Probolinggo merupakan salah satu daerah yang sangat potensial untuk dijadikan daerah tujuan destinasi wisata.
”Saya sangat prihatin melihat museum Probolinggo dan museum dr. Saleh. Selain kurang diminati warga, dari sisi bangunan juga tidak mencerminkan jika itu museum. Seperti bangunan tidak terurus atau rumah makan,”terangnya.
Oleh karenanya, pecinta seni dan budaya ini berharap kedepan Dispobpar Kota Probolinggo lebih maksimal mengelola museum.”Pemerintah tidak boleh tidur. Harus memiliki terobosan baru untuk mengembangkan menejemen dan pengelolaan museum yang lebih profesional,”papar Slamet.
(M. HISBULLAH HUDA)