
PAMEKASAN, koranmadura.com – Taman Arek Lancor merupakan taman kota yang dijadikan paru-paru Pamekasan. Saat kemarau panjang terjadi seperti saat ini, banyak pohon yang kering, sehingga membuat taman tersebut tidak lagi asri.
Kondisi ini menjadi sorotan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pamekasan. Ketua Komisi III DPRD Pamekasan, Iskandar menyarankan di taman tersebut ada sumber mata air lengkap dengan salurannya, sehingga lebih mudah untuk menyiram pohon dan bunga di taman tersebut.
Ketersediaan air yang memadai sangat penting karena air merupakan komponen penting untuk melakukan perawatan taman. Jika ketersediaan air minim akan mengakibatkan pohon dan bunga di taman itu kering, layu, bahkan mati.
“Lihat sekarang di taman Arek Lancor, banyak pohon-pohon yang sudah kering. Hal ini karena kurangnya air untuk disiramkan. Kalau dilihat dari kejauhan memang masih hijau, tapi kalau kita masuk ke dalam taman, maka akan ditemui banyak bunga yang tinggal pohon dan ranting saja,” kata Iskandar.
Menurutnya, penyiraman taman yang sejauh ini menggunakan mobil tangki tidak cukup efektif merawat pohon-pohon di taman itu sehingga harus direncanakan adanya sember mata air yang berada di dalam taman.
Sebagai penanganan jangka pendek, agar pohon yang kering dan mati tidak terus bertambah, pola penyiraman harus ditambah. Ada perawatan berbeda antara musim hujan dan musim kemarau, sehingga keasrian taman Arek Lancor tetap bagus.
“Kala musim seperti sekarang ini perawatannya harus ditingkatkan. Karena kalau sudah kering dan mati, tamannya akan rusak. Apalagi itu (Arek Lancor) menjadi taman kota yang dimanfaatkan sebagai paru-paru kota untuk membersihkan polusi udara yang terjadi,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya dan Tata Ruang (PU Cikatarung) Kabupaten Pamekasan, Muharram mengakui kondisi taman, banyak pohon dan bunganya layu, lahan taman Arek Lancor mengering.
Sejauh ini pihaknya telah berusaha secara optimal agar pohon dan bunga yang ada di taman itu bisa bertahan hidup di tengah panas matahari di musim kemarau yang cukup tinggi. Salah satunya dengan melakukan penyiraman rutin di pagi hari.
“Setiap hari pohon dan bunga di sana (taman Arek Lancor) setiap pagi hari disiram. Namun karena panas matahari yang tinggi, air yang disiram hanya bertahan sebentar, pukul 9 itu sudah kering kembali walau paginya sudah disiram,” kata Muharram.
Mengenai saluran air, kata Muharram, pihaknya mengaku memang sedikit kesulitan. Untuk mengantisipasi itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PU Bina Marga untuk melakukan pembongkaran trotoar di sisi timur. “Sekarang ini tinggal menunggu pipa untuk dilakukan pengeboran,” ungkapnya.
(ALI SYAHRONI/UZI/RAH)