SUMENEP, koranmadura.com – Setelah mengalami kegagalan beberapa kali, akhirnya pada 2 Mei 2015 lalu penerbangan perdana dari Bandara Trunojoyo Sumenep ke Bandara Notohadinegoro Jember bisa terwujud, yang sekaligus menandai bahwa di kabupaten ujung timur Pulau Madura ini sudah ada penerbangan perintis.
Sejak awal dimulainya aktivitas penerbangan di Bandara Trunojoyo, satu bulan pertama animo masyarakat rupanya tak terlalu tinggi. Dari kapasitas kursi yang tersedia dalam pesawat jenis Cessna Grand Caravan milik Maskapai Susi Air itu, hanya terisi sekira 30 persen, khususnya rute Sumenep-Jember.
Sebab itu, Pemerintah Kabupaten Sumenep, melalui Dinas Perhubungan mengaku akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Harapannya, di kemudian hari tiap kali penerbangan penumpang bisa mencapai 70 hingga 80 persen dari kapasitas pesawat yang tersedia. Sehingga tidak sampai banyak kuota kursi tak terpakai.
“Khusus kepada masyarakat Sumenep, pemerintah daerah yang akan melakukan sosialisasi. Tapi kalau untuk penumpang penerbangan dari Surabaya-Sumenep atau Jember-Sumenep, itu pihak maskapai yang akan melakukan sosialisasi,” kata Kadishub, Mohammad Fadillah waktu itu.
Hanya saja, memasuki bulan ketuju dari penerbangan mulai beroperasi, animo masyarakat terhadap penerbangan di Bandara Trunojoyo tidak jauh berbeda. Penumpang pesawat, baik rute Sumenep-Jember atau sebaliknya dan Sumenep-Surabaya atau sebaliknya tetap sepi.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Sumenep, Wahyu Siswoyo menuturkan, setelah beroperasi sekitar tujuh bulan, jumlah penumpang pesawat milik menteri kelautan Susi Futjiastuti ini tidak mengalami perubahan yang signifikan. Animo masyarakat tetap belum tampak.
“Sejauh ini terkait dengan jumlah penumpang posisinya masih belum ada peningkatan yang signifikan. Progresnya masih antara 20 sampai 25 persen dari target,” paparnya, kemarin (5/11). Menurut Wahyu, dari 12 kursi dalam pesawat, biasanya hanya terisi antara 3-4 orang tiap kali terbang.
Terkait masih rendahnya animo masyarakat terhadap penerbangan perintis di Sumenep, Wahyu mengaku tidak bisa berbuat terlalu banyak. Sebab persoalan animo itu sepenuhnya tergantung kepada masyarakat. “Dalam hal ini kami hanya memfasilitasi saja. Jadi tergantung kepada masyarakat,” pungkasnya.
(FATHOL ALIF)