Berakhir sudah perang klaim antar dua kubu yang bertarung dalam helatan akbar (pilkada), memperebutkan orang nomor satu di Kabupaten Sumenep. Usai sudah kepongahan faksi dari dua kelompok massa pendukung dari Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Sumenep Nomor Urut 1 Busyro-Fauzi dan Nomor Urut 2 Zainal-Eva.
Semua bentuk cerita yang diangkat dari hal mistik dan mimpi sekalipun sudah terjawab dengan digelarnya Rapat Pleno Terbuka oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumenep dengan agenda Rekapitulasi Hasil Suara Pilkada, pada tanggal 17 Desember 2015. Semua bentuk taruhan, spekulasi, dan kalkulasi sudah terjawab. Akhirnya, Paslon Nomor Urut 1 sebagai Pemenang.
Gelaran pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati pada 9 Desember kemarin, tentu masih banyak menyisakan cerita sekaligus sejarah bagi warga Sumenep. Bagaimana tidak, tingkat kehadiran calon pemilih meningkat dibandingkan pada Pemilu sebelumnya. Semangat warga Sumenep untuk memilih pemimpin juga sangat luar biasa.
Antusiasme warga Sumenep kali ini patut diacungi jempol, apalagi di Madura hanya Kabupaten Sumenep yang masuk dari tiga kabupaten lainnya. Meskipun pemahaman demokrasi politik bagi segenap warga Sumenep belum sepenuhnya mereka pahami. Namun Pilkada ini betul-betul melahirkan euforia tersendiri bagi warga kepulauan dan daratan sekabupaten Sumenep, meskipun mereka hanya mengenal sebutan “coccowan”.
Sebagaimana kita ketahui bersama, pilkada langsung ini telah membuka ruang partisipasi lebih luas bagi masyarakat untuk terlibat langsung dalam proses demokrasi. Artinya, masyarakat diberikan kebebasan untuk menentukan kepemimpinan politik di tingkat lokal yang sekaligus membuka ruang dan peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa harus direduksi oleh kepentingan-kepentingan sempit para elite politik,
Ini pula kiranya yang menjadi salah satu faktor pendorong antusiasme politik masyarakat dalam menyambut hajatan lima tahunan ini, terlebih di tahun 2015 ini dilaksanakan serentak secara nasional dan merupakan pengalaman pertama dalam sejarah perpolitikan kontemporer pada tingkat lokal.
Kepala daerah yang sedang memerintah (incumbent) mempunyai peluang lebih besar dan mempunyai keuntungan lebih yang tidak dipunyai oleh calon pendatang baru dalam memenangkan pilkada. Fenomena semacam ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Bahkan di Amerika yang sudah lebih maju dalam berdemokrasi, tingkat keberhasilan pejabat yang tengah memerintah untuk terpilih kembali justru sangat tinggi. Misalnya untuk legislator. Rata-rata sekitar 90 persen anggota dewan (house of representatives) dan 80 persen senator terpilih kembali untuk periode berikutnya.
Besarnya potensi dan peluang kepala daerah yang tengah memerintah (incumbent) kembali terpilih sejatinya tidaklah mengejutkan banyak kalangan. Pelaksanaan pilkada di berbagai daerah di Indonesia telah membuktikan hal itu. Bahkan jauh sebelum pilkada berlangsung, terkadang para pengamat politik maupun masyarakat umum berdasarkan kalkulasi politik di atas kertas sudah berani memastikan bahwa para incumbent akan keluar sebagai pemenang.
Incumbent lebih mengusai akses sosial-kemasyarakatan. Penguasaan terhadap akses ini sangat penting karena membuka ruang dalam mendongkrak tingkat elektabilitas dan popularitas kandidat. Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa rakyat tentu lebih memilih calon yang telah dikenalnya. Popularitas akan dengan mudah didapat oleh calon kepala daerah incumbent.
Betapa tidak, nama dan foto calon incumbent tentu akan lebih mudah dijumpai setiap hari baik lewat spanduk-spanduk maupun di media-media lokal baik cetak maupun elektronik. Faktor ini berpengaruh terhadap preferensi politik sang pemilih. Bahkan disamping itu, incumbent sudah tidak perlu repot-repot mengagendakan acara sosialisasi atau perkenalan. Karena incumbent telah membangun dan memiliki jaringan sosial-kemasyarakatan ke seluruh pelosok desa/kelurahan. Tabungan investasi untuk menarik simpati senantiasa dicurahkan pada setiap momen dan kesempatan.
Hal itu tentu saja bukan berarti pintu kemenangan bagi pendatang baru lantas tertutup, hanya saja diperlukan tenaga dan dana yang super kuat untuk melawan petahana. Tidak sedikit di beberapa kabupaten/kota incumbent justru keok oleh pendatang baru.
Secara sosio-kultural warga Sumenep memiliki perbedaan dengan warga tiga kabupaten lainnya di Madura. Lebih-lebih tingkat ketakdziman terhadap kiai atau tokoh agama. Bahkan ada sebuah paham di tengah-tengah masyarakat bahwa pemimpin Sumenep harus kiai. Artinya, betapa pun kandidat itu kaya, cerdas, dan memiliki gelar tinggi, maka simpati dan empati rakyat Sumenep sedikit berkurang.
Pada dasarnya bagi warga Madura, Sumenep khususnya memiliki kecenderungan tersendiri, kepada sang kiai. Bagi mereka, kiai adalah guru yang lebih menitikberatkan (focus of interest) pada aspek pendidikan daripada pengajaran kepada santrinya. Dalam konteks ini pendidikan yang mengarah kepada pengalaman dan keteladanan serta lebih penting daripada sekadar transfer of knowledge. Kiai biasanya lebih mengontrol salat jamaah santrinya daripada mengontrol sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi pengajaran yang diajarkannya.
Dalam prespektif pemerintah, kekuasaan kiai cukup kuat untuk mempengaruhi tindakan sosial dan politik masyarakat. Hal ini karena kiai adalah pemegang legitimasi keagamaan, dimana legitimasi ini oleh pemerintah atau para elite politik dapat digunakan untuk melegalkan tindakan-tindakan menuju kekuasaan.
Kesimpulan dari tulisan ini Paslon Nomor Urut 1 yakni Busyro-Fauzi adalah duet maut. Busyro sebagai kiai atau pemuka agama, incumbent yang lebih banyak menguasai lapangan, sedangkan Fauzi adalah pengusaha muda yang energik, dan memiliki ide-ide cemerlang, sehingga tidak terbantahkan lagi akan kemenangannya.
Final Rekapitulasi suara oleh KPU Sumenep, Paslon Nomor urut 1 Busyro-Fauzi meraih 301.887 suara, sedangkan Paslon Nomor Urut 2 Zainal-Eva mendapat 291.779 suara. Meski hanya menang tipis, tetapi karena beliau kiai yang incumbent, tentu saja begitu mudah bahwa pilkada kali ini telah mengantarkannya kembali ke ruang Pendopo Sumenep. Selamat dan semoga lebih amanah. [*]
Oleh: Abd. Rahem
Kontributor MNC Grup. Tinggal di Sumenep Madura