SUMENEP | koranmadura.com – Program imunisasi di Kabupaten Sumenep rupanya masih belum merata. Tidak semua anak mendapat program imunisasi lengkap. Indikasinya, saat ini kabupaten paling timur Pulau Madura ini menyandang status KLB difteri, salah satu jenis penyakit menular yang patut diwaspadai.
Sesuai data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumenep, tercatat lima orang anak dinyatakan positif difteri yang tersebar di empat kecamatan, dengan rincian, Kecamatan Kota dua orang; Ambunten satu orang; Batang-batang satu orang dan Dungkek juga satu orang. “Total ada lima pasien yang diketahui positif difteri,” ujar Kepala Dinkes Kabupaten Sumenep, A. Fatoni.
Menurutnya, kelima anak yang diketahui mendertita difteri tersebut sudah mendapat penanganan medis. Meskipun, satu di antaranya harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya.
Fatoni menjelaskan, difteri merupakan salah satu jenis penyakit menular. Pada dasarnya, penyakit difteri ini bisa menular kepada semua golongan usia. Namun, sergahnya, usia anak di bawah 5 tahun dan orang tua di atas 60 tahun lebih berpotensi tertular penyakit difteri. “Difteri ini merupakan penyakit paling menular,” tegasnya.
Penjelasan Fatoni, penyaki difteri ini bisa dicegah imunisasi. Hanya saja di beberapa daerah masih ada anak yang cakupan imunisasinya kurang atau tidak lengkap disebabkan beberapa faktor. Salah satunya seperti kasus yang terjadi di Kecamatan Ambunten.
Menurut Fatoni, seorang anak yang terserang penyakit difteri di Kecamatan Ambunten tersebut awalnya memang lahir di Sumenep. Namun setelah berumur sekitar satu bulan, anak itu dibawa orangtuanya ke Kalimantan. Sehingga tidak mendapat cakupan imunisasi lengkap.
“Setelah di Kalimantan anaknya sakit. Akhirnya di bawah ke sini (Sumenep) lagi. Dan ketika diperiksa, ternyata diketahui bahwa anak tersebut mengidap penyakit difteri,” tutur lelaki yang sebelumnya pernah menjadi Sekretaris Dinkes Kabupaten Sumenep itu lebih lanjut.
Mengingat saat ini Sumenep dinyatakan KLB difteri, Dinkes mengaku telah melakukan beberapa upaya. Salah satunya, Fatoni mengaku telah menginstruksikan kepada semua pihak desa agar setiap bayi diimunisasi secara lengkap. Hal itu untuk mencegah timbulnya difteri di kemudian hari. “Apabila ada anak yang status imunuisasinya tidak lengkap, agar diawasi,” timpalnya.
Dinkes mengaku juga telah mengadakan kegiatan peningkatan keterampilan tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit difteri. “Kita juga telah menyediakan obat anti difteri serum. Bahkan kita punya lebih,” pungkasnya.
(FATHOL ALIF/MK)