BANGKALAN | koranmadura.com – Sejak dua bulan terakhir sudah terjadi 124 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bangkalan. Sudah ada 3 pasien DBD yang tidak tertolong. Ketiganya masing masing dari puskesmas Kecamatan Klampis, Arosbaya, dan Kamal. Meskipun belum memasuki Kejadian Luar Biasa (KLB), tetapi kasus DBD semakin meningkat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Nur Aida Rahmawati melalui Kasi Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Abd Walid Yusufi mengatakan, status kasus DBD di Bangkalan masih belum menginjak Zona KLB. Sebab, korban yang ada masih dalam taraf biasa. Meski begitu, kewaspadaan terhadap DBD harus ditingkatkan. Sebab, penyakit itu bisa menyebabkan kematian.
“Kasus DBD tersebut bukan hanya di Bangkalan saja, tetapi seluruh di Jawa Timur. Di sini korban jiwa 3 orang dalam sebulan terakhir,” ujarnya, Rabu (10/2).
Dia menjelaskan, data korban DBD yang tercover di Dinkes merupakan data sementara. Sebab, masih belum ada revisi data valid, karena dari puskesmas se-Kabupaten Bangkalan masih belum menyetorkan datanya.
“Data yang ada sekarang masih data sementara. Biasanya ada perubahan lagi. Sementara untuk identitas korban meninggal, kami masih belum tahu identitas lengkapnya,” jelasnya.
Mayoritas penyebab terjadinya penyakit DBD disebabkan oleh kelalaian masyarakat dalam menjaga sterilitas lingkungannya. Terutama memasuki musim penghujan yang rawan genangan air keruh di pekarangan rumah. Hal itu yang menyebabkan tumbuhnya jentik-jentik nyamuk. Di samping itu pula, tidak rutinnya menguras bak mandi, sehingga mengakibatkan air di dalamnya tampak keruh.
“Cikal bakal tumbuhnya nyamuk lantaran adanya genangan air keruh ketika musim hujan. Selain itu, tidak menguras bak mandi secara rutin,” ujarnya.
Akibat dari kelalaian tersebut, banyak masyarakat yang terserang penyakit DBD. Pihaknya mengaku akanterus mengupayakan pengawasan terhadap titik-titik rawan endemik DBD. Selain itu, ada langkah lain yang dilakukan Dinkes dalam upaya memberantas sarang-sarang nyamuk. Salah satunya, dengan memberikan serbuk abate ke tiap-tiap puskesmas se Kabupaten Bangkalan. Hal itu dilakukan sebagai sarana agar masyarakat lebih mudah dalam mengatasi kasus DBD.
“Kita terus memberikan pelatihan dan pembinaan terhadap masyarakat untuk mengantisipasi maraknya penyakit DBD. Selain itu, kita juga memberikan serbuk abate untuk dituangkan dalam bak mandi atau gentongan air,” tandasnya.
Dinkes juga menyediakan serbuk Abate sebanyak tiga ribu kilo gram yang didatangkan langsung dari Jakarta. Hal itu juga menjadi program Dinkes setiap tahun untuk membantu masyarakat dalam mengatasi penyakit DBD. Tidak hanya itu, pihaknya akan melakukan pemfogingan secara rutin di tempat yang endemik. Terutama di pondok-pondok pesantren yang rawan DBD. “Kami menyediakan bubuk abate. Tapi untuk anggaran pembelian tahun 2016 ini masih nunggu tri wulan ketiga,” ucapnya.
(YUSRON/ORI/RAH)