PROBOLINGGO | koranmadura.com – Harga gabah terus menukik tajam. Menjelang panen raya seperti saat ini, gabah kering panen hanya dihargai Rp 2.400 hingga 2.700 per kilogram. Sebelumnya berada dikisaran Rp 3.700 per kilogram.
Sedangkan harga gabah kering (HKG) ditingkat penggilingan padi hanya berkisar Rp 3.300 hingga Rp 3.500 per kilogram. Harga ini turun sekitar 1.300-1.500 per kilogram, karena harga sebelumnya mencapai Rp 4.800 per kilogram.
Yang dikeluhkan petani, kondisi harga terus menurun ini terjadi di tengah hasil panen yang kurang bagus karena serangan berbagai hama dan tingginya intensitas curah hujan.
“Kalau hasil panennya bagus, mungkin kita masih agak sedikit terhibur. Tapi ini, sudah hasil panen kurang bagus, harganya juga menurun,”ujar Didik Hariyanto (28), petani asal Desa Bulu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, kepada wartawan, Minggu ( 20/3).
Didik Hariyanto mengatakan, akibat serangan hama dan intensitas curah hujan yang tinggi, hasil panen turun lebih dari lima puluh persen. Dengan pola tanam metode Hazton dan pertumbuhan selama masa vegetatif, seharusnya padi di lahan sawah seluas 0,3 hektar yang di kelola, bisa gabah basah seberat 2 ton.
Namun akibat serangan hama, hasil panen hanya memperoleh 8 kuintal gabah basah. “Serangan hama telah menyebabkan bulir-bulir padi menjadi tidak berisi. Hal ini menjadi rendemen padi juga menjadi sangat rendah, karena kebanyakan berupa gabah yang tak berisi beras,” katanya.
Petani lainnya, Djailani (43), mengatakan, cuaca ekstrim sebulan terakhir berpengaruh terhadap kualitas gabah dan kuantitasnya. Lahannya, seluas 3.500 meter persegi, biasanya mampu menghasilkan sebanyak 15 kuintal gabah.
“Saat ini hanya bisa memanen 10 kuintal saja. Dengan yang ada sekarang tentu saya rugi, karena biaya tanam saja sudah lebih dari 2 juta,” tuturnya.
Harga gabah saat sekarang belum stabil dan diperkirakan harga gabah akan semakin turun. Terutama saat panen raya terjadi di berbagai daerah penghasil padi di wilayah Kabupaten Probolinggo.
“Ini baru menjelang musim panen, pastinya harganya juga akan dapat berubah dan disesuaikan dengan kondisi panen,”tutur Djaelani.
Dalam kondisi hasil panen seperti ini, harga gabah anjlok drastis. Tengkulak yang datang ke sawah untuk membeli gabah basah, hanya berani membeli seharga Rp 2.400 hingga Rp.2.700 per kilogram.
“Dengan harga gabah basah serendah itu, maka bila dalam kondisi paling paling hanya diharga Rp 3.600 atau paling tinggi Rp 3.800. Sudah turun jauh dibawah HPP 2015. Padahal sekarang masih belum panen raya,” tuturnya.
Kondisi ini membuat petani mengaku merugi, sebab selain turunnya harga gabah, hasil panen tidak maksimal.
“Harga ini turun sekitar 1.300-1.500 per kilogram, karena harga sebelumnya mencapai Rp 4.800 per kilogram.Sudah hasil turun harga juga turun, soal kualitas juga kurang baik,” jelas Djaelani.
Selain menjelang masa panen raya, lanjut Djaelani, turunnya harga gabah kering panen juga disebabkan karena kualitas. Sebab beberapa bulan terakhir curah hujan sangat tinggi dan cuaca cukup ekstrim. Sehingga, saat petani hendak menjemur hasil panen gabah, hujan turun dan membuat gabah tidak cepat kering.
“Mudah-mudahan harga gabah tidak turun lagi baik ditingkat petani maupun pedagang pengumpul,” paparnya.
(M. Hisbullah Huda)