BANGKALAN | koranmadura.com – Komandan Kodim 0829 Bangkalan, Letnan Kolonel Sunardi Istanto mengatakan program asuransi pertanian yang dikelola Dinas Pertanian dan Peternakan Bangkalan kurang diminati petani. Padahal dengan ikut asuransi, petani akan mendapat ganti rugi bila lahan pertaniannya gagal panen. “Sejauh ini respons petani negatif atas program itu,” kata dia, Senin (4/4).
Menurut dia respons negatif itu muncul karena kurangnya sosialisasi sehingga petani kurang memahami manfaat dari program asuransi tersebut. Solusinya, lanjut dia, sosialisasi perlu digencarkan hingga pelosok desa. “Saya yakin kalau sosialisasi bagus, petani akan tertarik,” ujar dia.
Rasimin, petani di Desa Sanggra Agung, Kecamatan Socah, mengaku belum tahu ada program tersebut. “Belum pernah ada yang mensosialisasikan program itu,” kata dia.
Setelah dijelaskan, petani yang ikut asuransi dikenakan iuran Rp 36 ribu per hektar. Rasimin mengaku kurang berminat karena dianggap terlalu mahal. “Kalau bisa lebih murah lagi,” ungkap dia.
Sebelumnya, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangkalan Geger Budi Susianto mengatakan asuransi pertanian dirancang untuk menyejahterakan petani. Dia menilai iuran Rp 36 ribu per hektar yang dibayarkan tiap musim tanam tidak akan memberatkan. “Daftarnya ke mantri tani atau PPL di kecamatan,” kata dia.
Dengan ikut asuransi, kata dia, kerusakan padi yang disebabkan banjir, kekeringan atau gangguan hama penyakit akan mendapat ganti rugi Rp 6 juta. “Akan ada tim yang menilai layak dapat ganti rugi atau tidak,” kata dia. (ALMUSTAFA/RAH)