
SUMENEP, koranmadura.com– Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga bahwa anak Indonesia berada di paling buncit dalam urusan membaca. Tidak hanya itu, kemampun sains dan matematika mereka juga berada dalam urutan 65 negara.
“Kondisi itu semakin diperparah soal minat anak-anak Indonesia ke perpustakaan yang juga rendah. Bahkan, fasilitas perpustakaan memadai di beberapa sekolah pun tidak dimanfaatkan dengan baik,” kata Achmad Fauzi saat membuka dan memberikan sambutan pada acara Festival Cinta Buku VIII Nasional, Rabu (6/4).
Hal demikian kata Achmad Fauzi disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya soal luas dan jumlah penduduk yang cukup besar. “Itulah yang memengaruhi buruknya prestasi kita. Bahkan, keadaan makin parah pada daerah terpencil dan minim akses transportasi,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut mantan jurnalis itu, acara semacam FCB merupakan salah satu solusi untuk memaksa anak-anak agar gemar membaca. “Kehadiran saya kesini juga dalam rangka memberikan apresiasi dan mengajak anak muda dan para santri untuk semakin akrab dengan buku,” lanjutnya
Kini, sebagai pecinta buku dan hobi menulis, dirinya telah melakukan gerakan demi gerakan. Salah satunya menfasilitasi lahirnya Rumah Aspirasi Pemuda. Termasuk akan segera melakukan pembicaraan dengan pengelola Perpusda Pemkab untuk memaksimalkan taman baca yang ada di kecamatan atau desa. “Dalam RuAs Pemuda, selain bisa menyampaikan aspirasi, di sana juga ada perpustakaan dengan ruang baca yang representatif. Ada lomba menulis, kelas menulis dan even-even mencerdaskan anak muda. Ini juga dalam rangka membantu program pemerintah untuk memacu spirit membaca anak-anak,” jelasnya.
Kata Fauzi, kita harus malu pada negara tetangga. Seperti di Jepang misalnya, sekolah-sekolah mewajibkan siswanya untuk membaca buku 10 menit sebelum melakukan aktivitas belajar mengajar.
“Kalau di Jepang itu, dalam membentuk kebiasaan membaca anak para guru mewajibkan siswa untuk membaca 10 menit sebelum melakukan aktivitas belajar-mengajar di sekolah. Maka di Sumenep saya juga bertekad untuk meningkatkan minat baca anak dan masyarakat mengingat perannya yang berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Tanah Air,” tegas Wakil Bupati dari partai moncong putih tersebut.
Namun itu semua tidak mudah, butuh gerakan bersama, termasuk para guru. “Jadi, langkahnya harus dimulai dari guru. Karena kebiasaan guru dalam membaca pasti akan menurun kepada siswanya,” tutur Fauzi. (ALIF/SOE)