SUMENEP | koranmadura.com – Kasus pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak di bawah umur di Kabupaten Sumenep yang diterima Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMP-KB) setempat meningkat.
Hingga Mei 2016, kasus pelecehan seksual dengan korban perempuan dan anak di bawah umur sudah mencapai 19 kasus dengan berbagai modus. Tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa kasus lagi namun tak dilaporkan.
Salah satu kasus pelecehan seksual yang ditangani BPMP-KB, misalnya kasus sodomi yang dilakukan oleh seorang ustaz kepada 5 santrinya di Kecamatan Pasongsongan, dan kasus “pemerkosaan” terhadap seorang siswi taman kanak-kanak (TK) oleh 2 siswa sekolah dasar (SD) di Kecamatan Bluto, beberapa waktu lalu.
Mengenai faktor meningkatnya kasus pelecehan seksual terhadap kaum ibu dan anak-anak ini ialah semakin mudahnya akses informasi dan teknologi (IT). Menurut Kabid Pemberdayaan Perempuan BPMP-KB Sumenep, Linda Mardiana, saat ini anak-anak sudah tak sedikit yang bisa menjelajah di dunia maya, termasuk mengakses situs-situs porno.
Ketika anak di bawah umur sudah dengan mudah bisa mengakses situs-situs porno, maka dengan sendirinya memori otaknya akan merekam apa yang dilihat dalam situs tersebut. Sehingga, pada perkembangannya anak itu merasa penasaran, dan akan mencoba melakukan hal sama dengan yang dilihat.
Sebab itu peran orangtua dalam persoalan ini sangat penting. Menurut dia, orangtua memiliki peranan penting untuk menjaga anak-anaknya agar tidak dengan mudah mengakses konten-konten berbau pornografi maupun pornoaksi. Karena di satu sisi perkembangan IT sulit untuk dibendung.
“Perhatian para orangtua kepada anaknya harus ditingkatkan,” tukasnya, Selasa (10/5).
Selain itu, pendidikan agama juga tak kalah penting untuk ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Sehingga sejak kecil anak-anak sudah terbiasa membedakan perbuatan tercelah dan sebaliknya.
Linda menegaskan bahwa meningkatnya kasus pelecehan seksual kepada perempuan dan anak bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Karenanya, dia berharap semua pihak bersama-sama sadar dan mengawasi agar kasus kekerasan seksual tidak terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
“Rumah tangga sangat besar kontribusinya dalam membentuk pola pikir anak. Makanya, kami berharap para orangtua lebih memperketat pengawasan kepada anaknya, agar tidak bebas melakukan apa saja. Khususnya yang berkaitan dengan teknologi internet,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/MK)