
SUMENEP | koranmadura.com – Satu unit tiang listrik di sekitar Pelabuhan Cang-Cang, Desa Banbaru, Kecamatan Giligenting, Pulau Gili Raja, kembali roboh. Beberapa waktu lalu, tiga unit tiang listrik yang baru saja selesai dibangun roboh akibat diterjang hujan disertai angin kencang.
Warga Desa Banbaru, Kecamatan Giligenting, Abdurrahman mengatakan, penyebab robohnya tiang tersebut diduga karena terkena angin. ”Peristiwa itu terjadi sekitar tiga hari yang lalu. Lokasinya di lahan tambak garam milik warga,” katanya, Senin (16/5).
Ia mengatakan, warga tidak heran meskipun belum difungsikan sejumlah tiang sudah ada yang roboh karena saat pemasangan tiang listrik tidak dicor meskipun berada di lokasi tanah berlumpur. Sehingga mudah roboh meskipun hanya diterjang angin.
Ada tiga jenis tanah di Pulau Gili Raja, pertama tanah berlumpur, tanah berpasir, dan juga tanah padat dan tidak berpasir. Semua pemasangan tiang listrik tidak ada yang menggunakan cor. ”Mestinya dasarnya dicor agar tidak mudah roboh,” katanya.
Saat ini, tiang yang roboh sebelumnya sudah diperbaiki, bahkan ada yang telah dipasangi jaringan. Warga mendesak agar Kantor Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) segera memperbaiki. ”Bukan saya berprasangka jelek kepada pemerintah. Tapi pembangunan kelistrikan lebih diseriusi lagi,” pintanya.
Anggota Komisi II DPRD Sumenep, Bambang Prayogi membenarkan robohnya sebuah tiang. Ia telah mendapat informasi soal robohnya satu tiang tersebut. ”Informasi yang kami terima satu tiang roboh lagi,” jelasnya.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu meminta yang berwenang untuk segera memperbaiki. ”Jangan sampai masyarakat yang memperbaiki. Segera perbaiki karena sangat mengganggu aktivitas warga,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala ESDM Moh Kahir belum bisa dimintai keterangan. Sebab, saat ditemuai di tempat kerjanya tidak ada. Begitupula saat dihubungi melalui telepon selulernya tidak merespon hingga berita ini ditulis.
Untuk diketahui, pengembangan kelistrikan di Pulau Gili Raja, Kecamatan Giligenting, saat ini masih berkutat di pengadaan tiang listrik. Hal itu disebabkan anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah melalui dana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) setiap tahunnya sangat minim.
Saat ini anggaran yang terkumpul selama dua tahun terakhir hanya sebesar Rp 3,8 miliar. Sementara anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan kelistrikan ditaksir mencapai Rp 17 miliar. Anggaran tersebut termasuk pegadaan jaringan listrik yang ditaksir membutuhkan anggaran sebesar Rp 7 miliar.
Selama pembangunan kelistrikan di Pulau Gili Raja belum selesai, warga mengandalkan PLTD milik swasta sebagai penerangan sementara. Meskiupun penerangan di sana sangat minim dan mahal. (JUNAIDI/MK)