PAMEKASAN | koranmadura.com – Tanaman tebu dulunya akan dijadikan tanaman alternatif bagi petani di Pamekasan, Madura. Akan tetapi, semakin lama program pengembangan komoditi tebu kurang diminati. Bahkan, saat ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) sudah pasrah dan menyerahkan program tersebut kepada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Ajib Abdullah mengatakan pihaknya tidak lagi menganggarkan di APBD Pamekasan untuk bantuan bagi petani tebu berupa bantuan bibit tebu yang dilakukannya pada 2013 lalu.
Bantuan bibit tersebut juga tidak seperti awal pengembangan program itu. PTPN X bersikap pasif dengan hanya memberikan bibit kepada petani yang bersedia menanam tebu. Program pembibitan itu terakhir dilakukan Dishutbun pada 2013 lalu.

“Kalau dari PTPN X masih ada bantuan, tapi kalau dari dinas sudah tidak menganggarkan lagi. Tahun ini target luasan tanaman tebu juga berkurang. Sebelumnya bisa mencapai 1500 hektare, sekarang hanya 300 hektare saja,” kata Ajib.
Bantun bibit yang pernah dilakukannya, memang menggunakan benih terpilih yang akan digunakan sebagai bibit. Setelah panen, hasil tebangan tebu tersebut yang dijadikan bibit. Kemudian bibit tersebut disalurkan kepada petani.
Tidak hanya itu, di 2013 itu petani juga mendapatkan insentif selama masa perawatan hingga panen. Dari bantuan itu, pada 2014 petani tebu menghasilkan yang menjadi bahan baku gula atau giling tebu.
Hanya saja, pada tahun berikutnya, pengembangan tebu justru kian lesu seiring dengan pemerintah pusat tidak lagi memberikan insentif melalui pemkab. Bahkan luasan 1500 hektare lahan baru yang ingin dicapai dalam 1 tahun, juga tidak terpenuhi kala itu.
“Tidak adanya pemberian bibit tebu bantuan, otomatis proses pembibitan tebu dilakukan sendiri oleh petani. 2015 lalu, pemerintah pusat sempat menjanjikan bantuan bibit untuk 1500 hektare tapi rencana itu tiba-tiba batal,” ungkapnya.
Kendati tidak ada lagi kegiatan pembibitan tebu, pihaknya menganggarkan kegiatan pelatihan petani tebu terkait cara pembudidayaan bibit, pengolahan lahan dan perawatan tebu, sekitar Rp 500 juta di APBD Pamekasan 2016.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Pamekasan Hosnan Ahmadi mengatakan ada sesuatu yang aneh dalam terhentinya insentif terhadap pengembangan tanaman tebu di Madura karena tanaman itu masuk kategori komoditi baru.
“Harus konsisten diberikan subsidi, karena komoditas yang dibutuhkan pemerintah. Apalagi, targetnya untuk memenuhi kebutuhan gula nasional. Di negara maju sekalipun, tetap ada bantuan bagi tanaman pangan,” kata Hosnan. (ALI SYAHRONI/RAH)