
PAMEKASAN | koranmadura.com – Kabupaten Pamekasan, Madura, sudah lama mencanangkan sebagai Kota Pendidikan. Akan tetapi, masih ada sebagian masyarakat yang kurang sadar akan pentingnya pendidikan. Membuat DPRD setempat meminta Dinas Pendidikan (Disdik) menekan siswa putus sekolah.
Ketua Komisi IV DPRD Pamekasan, Apik mengatakan siswa lulusan SMP dan Mts ternyata masih banyak yang tidak melanjutkan pendidikan di lembaga formal. Padahal pendidikan sangat penting untuk masa depan anak.
Dia menjelaskan Pamekasan menyandang Kota Pendidikan di Madura, sudah sewajarnya tidak ada lagi siswa atau anak yang putus sekolah. Persoalan penekanan angka putus sekolah ini menjadi tugas Disdik.
Di Pamekasan ada sekitar 2 persen anak atau siswa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan angka partisipasi dari SMP ke SMA di Pamekasan baru mencapai 76 persen, 24 persen sisanya tidak melanjutkan karena berbagai hal.
“Angka partisipasi siswa harus terus ditingkatkan. Bahkan, kalau bisa jangan sampai ada anak yang putus sekolah. Ini merupakan PR Disdik harus bisa diselesaikan, karena memang masih ada sebagai masyarakat yang kesadaran pendidikannya rendah,” kata Apik.
Jumlah lembaga pendidikan di Kabupaten Pamekasan, sebanyak 767 setingkat SD. Terdiri dari 471 Sekolah Dasar dan 296 Madrasah Ibtidaiyah, dengan rata-rata setiap tahun meluluskan 15 ribu siswa. Dari jumlah itu, jika dikalkulasi, setiap tahun rata-rata ada sekitar 300 siswa SD yang tidak melanjutkan ke sekolah ke jenjang di atasnya.
Dari rata-rata kelulusan SMP sebanyak 15.000 siswa per tahun, yang tidak melanjutkan sebanyak 24 persen, jumlahnya mencapai 3800 siswa yang putus sekolah setiap tahunnya. Padahal mereka sangat berkepentingan menuntaskan pendidikannya, minimal hingga lulus SMA atau sederajat.
Sebelumnya, Plt Kepala Disdik Pamekasan, Moh Tarsun mengatakan untuk lulusan SD, kebanyakan siswa bukan tidak melanjutkan pendidikan. Hanya saja, siswa itu lebih memilih belajar di pondok pesantren yang tidak memiliki sekolah formal. Hanya sebagian kecil yang memang sengaja tidak bersekolah.
Siswa yang putus sekolah di Kabupaten Pamekasan merata di semua kecamatan. Mayoritas terdapat di wilayah tengah dan utara kabupaten Pamekasan. Banyak faktor yang menyebabkan siswa putus sekolah, mulai dari kesadaran akan pentingnya pendidikan baik dari orang tua maupun anak itu sendiri sehingga setelah lulus SMP langsung bekerja.
“Kalau secara pasti alasan tidak melanjutkan pendidikan kami belum tahu. Karena kami belum melakukan kajian itu. Tapi, perkiraan kami itu karena pengaruh lingkungan, ikut orang utara merantau. Persoalan siswa putus sekolah itu tidak bisa hanya dipasrahkan kepada pemerintah. Karena yang paling utama itu kesadaran orang tua,” kata Tarsun, kala itu. (ALI SYAHRONI/RAH)