PROBOLINGGO | koranmadura.com – Keberagaman paham menjadi menjadi penyebab terjadinya konflik sosial. Hal tersebut, masih menjadi salah satu permasalahan di wilayah hukum Polres Probolinggo. Karenanya, pasukan disiagakan untuk mengantisipasi hal buruk dari permasa lahan konflik sosial.
Mengatasi problema masyarakat tersebut, Polres Probolinggo menggandeng sejumlah pihak, seperti Bakesbanglinmas, Sekda, Kodim 0820 Probolinggo, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Forum Kerukunan Antar Umat Bergama (FKUB) untuk turut serta dalam penanganan konflik sosial ini,”ujar Kapolres Probolinggo, AKBP Arman Asmara Syarifudin, kepada wartawan, Kamis (4/8).

AKBP Arman Asmara Syarifudin mengatakan, saat ini penanganan konflik sosial di wilayah Kabupaten Probolinggo masih belum maksimal. Salah satu contoh, masalah isu santet yang masih muncul dalam masyarakat.
“Tidak adanya undang-undang penyelesain tentang konflik sosial tersebut, terkadang memunculkan kesulitan bagi aparat penegak hukum. Namun, sebagai antisipasinya, hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara preventif dan musyawarah,”tandasnya.
Selain itu, guna menekan masalah konflik sosial yang masih cukup banyak, kedepan akan dibuat tim satuan petugas khusus. Sekitar 200 anggota sabhara tengah dipersiapkan untuk menangani potensi kisruh konflik sosial ini.
“Bukan tidak mungkin, konflik sosial bisa saja melebar hingga menjadi tawuran antar desa. Jika tidak segera ditangani dengan cepat. Tak hanya itu, langkah antisipasi lanjutan juga disiapkan guna meminimalisir konflik sosial yang melebar,”ucap AKBP Arman Asmara Syarifudin.
Apabila nantinya terjadi konflik yang terlanjur membesar, kata AKBP Arman Asmara Syarifudin, maka akan dibuatkan Memorandum of Understanding (MoU), serta mengundang beberapa instansi untuk menyiapkan beberapa personel sebagai penanggulangan konflik yang kemudian akan dimasukkan ke APBD.
“Satgas-satgas tersebut nantinya akan dibentuk di setiap rayon atau kecamatan. Kesepakatan ini, dimulai dari edukasi tentang undang-undang konflik sosial. Sehingga nantinya dapat dimengerti tahapan-tahapan konflik sosial yang kemudian diadakan simulasi,”kata Kapolres.
Kapolres menambahkan, dirinya meminta peran tokoh agama (Toga) dan tokoh masyarakat (Toma) di wilayah Kabupaten Probolinggo untuk saling menjaga toleransi di lingkungan masing-masing, sehingga tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kami minta peran toga dan toma untuk saling menjaga lingkungan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,”papar AKBP Arman Asmara Syarifudin. (M. HISBULLAH HUDA)